kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jepang lirik investasi teknologi deep see water


Jumat, 09 Desember 2016 / 19:16 WIB
Jepang lirik investasi teknologi deep see water


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Investor Jepang berminat menanamkan modalnya pada tiga lokasi terluar Indonesia yaitu Sabang, Morotai dan Natuna. Ketertarikan ini muncul setelah Jepang ikut dalam forum bisnis yang diadakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kamis (8/12). 

Selain berniat menanamkan modal untuk pembudidayaan ikan tuna di Morotai dan Sabang, investor Jepang tersebut juga berencana mengembangkan teknologi deep sea water di wilayah Morotai melalui program Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT).

Proyek teknologi deep sea water ini untuk menghasilkan energi baru terbarukan dan mengalirkan listrik di pulau-pulau kecil. Teknologi ini akan dikembangkan di Pulau Morotai, salah satu dari 12 lokasi SKPT.

Pemerintah Jepang melalui Kedutaan Besar Jepang di Indonesia telah menawarkan proyek deep sea water ini kepada KKP pada Kamis, 8 Desember 2016 dalam pertemuan terbatas.

Brahmantya Stayamurni Poerwadi, Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, menurut mereka Morotai merupakan lokasi yang cocok untuk pengembangan teknologi tersebut karena potensi ikannya yang besar.

" Awal tahun kami harap bisa ada kecocokan dari segi bisnis dengan investor Jepang tersebut. Karena selama ini pembicaraan sifatnya baru government to government," katanya, Jumat (9/12).

Teknologi deep sea water menggunakan air dingin dari dalam laut yang di angkat ke atas. Perbedaan temperatur yang di angkat ke atas akan menjadi daya listrik. Selain itu air laut dalam yang dikeluarkan dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan tuna.

Sebelumnya, group raksasa asal Rusia, Black Space telah lebih dulu menanamkan modalnya di sektor pengelolaan ikan di 30 lokasi di Indonesia. Beberapa di antaranya Malang, Trenggalek, Aceh, dan Makassar.

Dalam proyek ini, Black Space digandeng PT Perikanan Indonesia (Perindo) untuk memuluskan aksi investasinya dalam bentuk usaha patungan. Porsinya 80% saham milik Black Space dan 20% milik Perindo dalam bentuk golden share.

Untuk tahap pertama, usaha patungan tersebut akan membangun Unit Pengelolaan Ikan (UPT) terintegrasi yang dilengkapi dengan cold storage berkapasitas sekitar 300 ton sampai 500 ton pada empat lokasi yaitu Malang, Trenggalek, Aceh, dan Makassar. 

Diperkirakan modal yang bakal ditanamkan sekitar Rp 200 miliar. Nantinya, hasil produksi ikan tersebut bakal digunakan untuk memenuhi permintaan pasar di Rusia khususnya.

(Tri Sulistiowati (KONTAN), Adiatmaputra (tribunnews))

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×