Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Perusahaan bongkar muat PT Jakarta International Container Terminal (JICT) menganggarkan dana sekitar US$ 40 juta-US$ 50 juta untuk mengembangkan fasilitas terminal peti kemas di Tanjung Priok.
Dalam dua hingga tiga tahun ke depan JICT akan menambah fasilitas penyimpanan kontainer dan perluasan tempat parkir truk pembawa peti kemas.
Selain itu, perusahaan kerjasama antara Hutchison Ports Indonesia (HPI) dan Pelindo II ini juga akan mengembangkan sistem teknologi pelabuhan untuk mempercepat aktivitas pelabuhan. "Kami akan sediakan lahan sekitar 20 hektare (ha) untuk ekspansi ini," ujar Stephen Ashworh Chief Operating Officer (COO) Hutchison Ports Indonesia.
Untuk meningkatkan efisiensi aktivitas pengiriman barang, JICT bakal membangun jalan penghubung dengan Jakarta outer Ring Road (JORR) Tanjung Priok. "Dengan begitu, truk-truk pengangkut barang bisa lebih mudah dan cepat mengakses area pelabuhan," katanya.
Konsesi proyek JICT ini berjalan selama 20 tahun dan telah berjalan sejak 1999. Selama 12 tahun berjalan, Hutchison dan Pelindo II telah mengeluarkan dana investasi sekitar US$ 250 juta untuk membangun JICT.
Selama kurun waktu selama itu JICT telah meningkatkan kecepatan pemindahan barang dari truk ke kapal hampir dua kali lipat. Ashworh mengklaim, kecepatan rata-rata pemindahan barang saat ini mencapai 26 barang per jam, meningkat dari 1999 yang hanya 15 barang per jam.
Dengan ekspansi ini, JICT berharap bisa lebih efisien dan memaksimalkan kapasitas bongkar muat barang di pelabuhan. "Kami melihat daerah-daerah seperti Sumatera dan Sulawesi sektor pelabuhannya ke depannya masih bisa dikembangkan.
Oleh karena itu berinvestasi di Indonesia menjadi penting, apalagi melihat Indonesia banyak melakukan perdagangan misalnya ekspor bahan baku ke China," katanya.
Sekadar informasi, HPI memegang 51% saham perusahaan dan sisanya sebesar 49% JICT dimiliki oleh PT Pelindo II.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News