kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jual anak usaha, kinerja BNBR keok


Kamis, 02 Mei 2013 / 07:20 WIB
Jual anak usaha, kinerja BNBR keok
Film James Bond No Time To Die jadi film terlaris di dunia selama pandemi, kalahkan Fast and Furious 9.


Reporter: Cindy Silviana Sukma, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Amailia Putri

JAKARTA. Divestasi anak usaha mengakibatkan kinerja PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) terjun bebas di kuartal I-2013. Pendapatan bersih perusahaan investasi milik Grup Bakrie itu anjlok 87,7% year-on-year hingga Rp 860,99 miliar. Sedang laba bersih merosot dari Rp 5,41 miliar di periode sama tahun lalu menjadi Rp 4,32 miliar.

Gafur Sulistyo Umar, Direktur Utama Bakrie & Brothers, mengatakan, penyebab penurunan pendapatan adalah dekonsolidasi anak usaha. "(Pendapatan kuartal I 2012) sebagian besar dari trading minyak, yang tahun ini tidak dikonsolidasi lagi," ujar pria yang akrab disapa Bobby Gafur itu, Selasa (30/4).
BNBR memang menjual sebagian saham anak usahanya, yaitu Bakrie Petroleum International Pte. Ltd (BPIPL), hingga kepemilikannya tidak lagi mayoritas. Mengutip laporan keuangan BNBR per akhir kuartal I-2013, pada 17 September 2012, melalui Bakrie Energy International (BEI), BNBR menjual 10% saham BPIPL ke Altex Investment Ltd.

Divestasi ini membuat kepemilikan BNBR di BPIPL berkurang dari 51% menjadi 41%. Adapun BPIPL mengempit 95% saham di PT Petromine Energy Trading (PET). Hasil penjualan saham itu sebesar Rp 71,02 miliar.

Menggadeng Mitra

Dampak dekonsolidasi itu sangat signifikan. Selama kuartal I-2012 BNBR mengantongi fulus hingga Rp 6,25 triliun dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Sedang selama Januari-Maret 2013, nilai itu turun drastis menjadi Rp 2,4 miliar. Pengelola BNBR tidak mengatakan alasan pelepasan BIPPL tersebut.

Di satu sisi, divestasi BPIPL merugikan BNBR. Tetapi, di sisi lain, menurut Bobby, penjualan saham mengurangi beban utang BNBR. Jika melihat laporan keuangan, beban bunga dan keuangan BNBR menyusut dari Rp 167,5 miliar menjadi Rp 60,91 miliar.

Kendati pendapatan dari perdagangan minyak berkurang, Bobby memproyeksikan pendapatan BNBR sepanjang tahun ini tetap tumbuh di kisaran 15% hingga 20% dari tahun lalu. Sepanjang tahun 2012, BNBR mengantongi pendapatan bersih Rp 15,37 triliun. Berarti, di tahun ini manajemen BNBR berharap bisa membukukan pendapatan bersih sekitar Rp 17,79 triliun hingga Rp 18,44 triliun.

Anak usaha yang menjadi tumpuan BNBR meraih pendapatan adalah PT Bakrie Tosanjaya (BTJ). Produsen komponen otomotif dan pengecoran itu ditargetkan meraup pendapatan Rp 789 miliar tahun ini. Target itu tumbuh 6,47% dari pendapatan 2012, yaitu Rp 741 miliar.

Hingga akhir kuartal I tahun ini, Bakrie Tosanjaya telah membukukan penjualan sebesar Rp 150 miliar. Supaya lebih berkembang, Tosanjaya, kata Bobby, tengah menjajaki kerjasama dengan mitra dari Jepang dan Korea Selatan untuk pembuatan steering set. Namun, ia belum mau mengungkapkan rencana tersebut dengan mendetail.

"Nama perusahaannya belum bisa kami sebut," tuturnya. Ia juga mengatakan, BNBR tidak akan melepas saham BTJ melalui penawaran saham perdana alias IPO. Perusahaan beraset Rp 630 miliar itu, akan memenuhi kebutuhan pendanaan dari ekuitas dan pinjaman bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×