kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jual beli gas terhalang ambil alih Exxon


Selasa, 29 Agustus 2017 / 21:19 WIB
Jual beli gas terhalang ambil alih Exxon


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - Meski  PT Pertamina dan PT PLN telah meneken Head of Agreement (HOA) pasokan gas Jambaran Tiung Biru (JTB) pada Selasa (8/8) di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Hingga kini perjanjian jual beli gas (PJBG) belum juga diteken.

Direktur Utama Pertamina EP Cepu Adriansyah bilang penekenan PJBG Jambaran Tiung Biru bisa terlaksana asalkan proses lepas participating interest (PI) Exxon di proyek tersebut selesai. Pasalnya hanya Pertamina EP Cepu yang setuju harga jual gas Jambaran Tiung Biru dengan PLN.

"Kalau saya teken perjanjian jual beli gas ini artinya untuk semua gas Jambaran Tiung Biru, ini kan masih ada Exxon. Kalau saya tandatangan tapi Exxon belum kelar business to business, kami wajib supplai misalnya sampai 2020 sebanyak 172 mmscfd. Yang komitmen baru Pertamina EP Cepu, sementara Exxon baru sebagian, jadi kami belum bisa," jelas Adriansyah.

Biarpun begitu, Adriansyah optimistis dalam dua bulan ke depan bisa menandatangani perjanjian jual beli gas. Saat ini Pertamina memang masih membicarakan business to business (B to B) dengan Exxon agar seluruh saham Jambaran Tiung Biru bisa dimiliki Pertamina.

Pembicaraan tersebut masih terkait valuasi harga public interest (PI) Exxon sebesar 41,4% di proyek Jambaran Tiung Biru dan pengambilalihan rencana pengeboran. "Rencananya enam sumur, tiga Exxon dan tiga kami. Di awal mestinya persiapan dan pengeboran oleh Exxon. Ketika diambilalih, maka beralih ke kami dan ini perlu novasi kontrak dan pembicaraan lebih dulu," katanya.

Salah satu lini bisnis Pertamina ini memang menjadwalkan pemboran dua sumur tahun depan. Sumur pertama pada pertengahan tahun depan dan pengeboran satu sumur lagi akan dimulai sekitar bulan November 2018.

Selain evaluasi kontrak, Adriansyah juga bilang Pertamina EP Cepu didorong melakukan penekanan belanja modal oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar. Penekanan belanja modal lun dilakukan dalam owner cost seperti project management team, biaya admin, penggajian, hingga biaya-biaya IT.

Sementara untuk kontrak EPC, perusahaan ini telah mendapatkan harga yang lebih rendah dari owner’s estimation. "EPC ini lebih rendah US$ 100-200 juta dibanding owner’s estimation,"jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×