kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jual karet gelang, rugi puluhan juta rupiah


Sabtu, 20 September 2014 / 10:16 WIB
ILUSTRASI. Film Anak Medan : Cocok Ko Rasa??


Reporter: Andri Indradie | Editor: Andri Indradie

Pada mulanya adalah sebuah berita. Datang dari Inggris, pula. Peritel mainan anak asal Inggris, The Entertainer, menarik produk karet gelang warna-warni alias loom band dari tokonya. Loom band adalah sebutan untuk mainan karet gelang yang bisa ditenun atau dirangkai menjadi berbagai barang hiasan, contohnya gelang, bahkan tas atau baju.

Di Indonesia, produk gelang warna-warni itu juga tengah booming. Cuma, gara-gara berita di Inggris tadi, penjualan loom band di sini langsung merosot tajam. Sebut saja Mistiyatin. Dalam sehari, biasanya selalu ada yang beli 15 paket. "Gara-gara isu itu langsung tidak ada (yang beli)," ujarnya ke KONTAN akhir pekan ini.

Akibatnya, Mistiyatin merugi hingga puluhan juta rupiah. Demikian pula dengan para pedagang di Pasar Asemka, Jakarta. Seorang pedagang yang mengaku bernama Toni bilang, sudah tidak ada lagi yang membeli karet warna-warni di tempatnya. Sama seperti Mistiyatin yang menjual secara online, Toni juga rugi jutaan rupiah. "Sampai puluhan juta juga," tuturnya.

Merek tertentu

Sekadar mengingatkan, penarikan produk loom band oleh The Entertainer sebenarnya bermula dari BBC Midlands Today. Kantor media ini mengirimkan loom band yang dijual di toko-toko mainan di wilayah West Midlands, Inggris, ke Birmingham Assay Office untuk diteliti. Birmingham Assay ini merupakan salah satu lembaga independen yang menguji bahan-bahan kandungan yang terdapat di produk fashion dan perhiasan.

Hasilnya, produk-produk loom band itu mengandung bahan kimia ftalat yang bisa menyebabkan kanker, jika masuk ke dalam tubuh. Menurut hukum di Eropa, batas kandungan phthalates (phthalate esters atau ester ftalat) yang memampukan plastik bisa lebih fleksibel seharusnya tidak boleh melebihi 0,1%. Penarikan penjualan terjadi setelah hasil uji tes terhadap loom band menunjukkan kadar sebesar 40%.

Menurut Marion Wilson, analis dari Birmingham Assay, bahan ftalat bisa masuk ke dalam tubuh lewat mulut dan hiasan yang menggantung di gelang yang terbuat dari loom band punya risiko tinggi jika tertelan. "Itulah kenapa, kami merasa benda-benda itu sangat membahayakan," ujarnya.

Sebenarnya, ftalat juga bisa terdapat di produk-produk seperti karpet, papan tulis, aksesori mobil, benda-benda kosmetik, dan obat-obatan. Sekitar tujuh produk yang mengandung ftalat sudah dilarang beredar oleh regulator di Eropa karena berpotensi merusak (tubuh) lantaran mengandung bahan karsinogenik. Berita di BBC lantas meledak dan muncul di media-media lokal di Inggris.

Maklum saja, saat ini produk loom band tengah naik daun alias ngetren dan jadi perbincangan, baik para artis maupun media-media televisi dan cetak. Kate Middleton pun gemar memakai gelang dari rangkaian warna-warni loom band.

Belum lagi, loom band bermerek Rainbow Loom tahun ini menjadi The Toy of The Year versi Asosiasi Industri Mainan di Amerika Serikat (AS) alias Toy Industry Association. Ibarat di film, Rainbow Loom di industri mainan ini telah menggenggam piala Oscar alias produknya sudah setara dengan boneka legendaris buatan Mattel, Barbie.

Celakanya, hasil penelitian Birmingham Assay memang tak menyebut merek tertentu, terutama menyebut merek Rainbow Loom. Di Indonesia, merek yang sedang ngetren adalah Rainbow Loom. Sementara Euis Saedah, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemperin), mengkonfirmasi, produk loom band yang beredar di Indonesia dan belum menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah merek Loom Bandz dan Ring'o Fun.

"Dari produk yang beredar dengan merek Loom Bandz dan Ring'o Fun tidak ada SNI-nya," ujarnya ke KONTAN. Di Inggris dan beberapa negara Uni Eropa, lanjut Euis, mainan ini ditarik dari pasar karena ada bahan berbahaya ftalat.

Orang tua dan polemik SNI

Kabar ini, tentu saja cukup menyita perhatian Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI). Danang Sasongko, Ketua APMETI bilang, asosiasi sudah membahas dan merapatkannya. Setiap mainan, lanjut Danang, pada dasarnya mempunyai potensi membahayakan, apalagi jika tanpa pengawasan orangtua.

Karena itulah, Danang menekankan, orang dewasa harus ikut bertanggungjawab dan peran pengawasan orangtua sangatlah penting. Peran orangtua sebagai pengawas harus dilakukan sebelum, sedang, dan sesudah anak mereka bermain.

Contohnya, orangtua harus mengecek dulu sebuah mainan berbahaya atau tidak. Baca label yang terdapat dalam mainan, jika ada. Saat bermain, anak pun jangan dibiarkan begitu saja. Demikian pula setelah bermain. Pastikan si anak cuci tangan sebelum makan, misalnya.

Hanya saja, Danang memang tak menampik, peran pemerintah juga sangat penting. Apalagi, status wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) mainan anak-anak diperpanjang enam bulan, alias yang seharusnya berlaku bulan April 2014 jadi baru akan berlaku bulan Oktober 2014.

Ini artinya, mainan anak yang berbahaya masih akan bebas masuk ke Indonesia. Sebab, pemerintah maupun lembaga seperti polisi atau regulator belum punya "pegangan" untuk menertibkan mainan anak yang berbahaya atau tak punya standar keamanan yang baik. "Pihak sekolah juga punya peran penting. Punya tangungjawab mengawasi murid-muridnya," imbuh Danang.

Peran lembaga konsumen di Indonesia juga terbatas, khususnya dalam hal pengawasan produk. Di luar negeri, pengawasan tidak hanya bergantung pada pemerintah dan lembaga regulator. Di sana, lembaga konsumen ikut aktif mengawasi dan melakukan penelitian. Suara lembaga konsumen juga didengar oleh konsumen. Sementara di Indonesia, yayasan konsumen dan asosiasi hanya berperan layaknya lembaga yang menampung pengaduan.

Untung Rp 643,5 miliar

Produk loom band bermerek Rainbow Loom diciptakan oleh Cheong Choon Ng, kelahiran Malaysia yang sekarang tinggal di Amerika Serikat. Kata Choon, perusahaan Rainbow Loom yang didirikannya tiga tahun lalu sudah berhasil menjual produk karet gelang warna-warninya hingga US$ 55 juta di akhir 2013 di seluruh dunia. Dalam rupiah, nilainya di kisaran Rp 643,5 miliar!

Satu-satunya distributor resmi Rainbow Loom di Indonesia adalah Seraphina Educational Corner (SEC). Perusahaan itu menjual Rainbow Loom secara online di situs www.seraphinaeducationalcorner.com. Juru bicara SEC yang enggan disebut namanya meyakinkan, SEC merupakan satu-satunya distributor resmi rainbow Loom dari AS yang asli. "Bapak bisa cek di website Rainbow Loom pusat bahwa kami distributor untuk Rainbow Loom Indonesia," ujar dia.

Untuk makin meyakinkan, ia menambahkan, pihaknya (SEC) memegang bukti bahwa produk yang ia distribusikan bebas dari bahan berbahaya. "Yang saya ketahui adalah sama sekali tidak ada penarikan produk Rainbow Loom," ujar dia. Di samping di situs www.seraphinaeducationalcorner.com, SEC juga menjual rainbow Loom melalui situs www.rainbowloom.co.id.

Sampai sekarang, distributor resmi Rainbow Loom di Indonesia ini sudah memiliki 29 partner ritel di Jakarta, dua di Bandung, empat di Surabaya, dan satu di Bali. Cuma, sayangnya, SEC enggan berbagi berapa nilai penjualan alias omzet produk-produk Rainbow Loom yang dijualnya.

Yang jelas, SEC menjual produk paket Rainbow Loom alias Rainbow Loom complete package with metal hook di harga Rp 325.000. Sementara untuk produk-produk isi ulang alias refill, SEC menjualnya di harga Rp 95.000. Di luar itu, SEC juga menjual jenis refill mixed jelly di harga Rp 125.000, dan jenis sarung jam alias Loomey Time di kisaran harga Rp 205.000-Rp 235.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×