kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kadin: Ini 4 pe-er utama pemerintah baru


Minggu, 13 April 2014 / 20:36 WIB
Kadin: Ini 4 pe-er utama pemerintah baru
Pedagang melayani warga yang membeli telur ayam di Pasar Jaya, Jakarta, Senin (6/6/2022). (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintahan sekarang belum mampu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia. Menurut Didie Suwondo, Wakil presiden Kamar Dagang Indonesia (Kadin), ada beberapa hal yang menjadi pekerjaan rumah Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden terpilih nantinya.

Pertama, soal perdagangan. Menurut dia, pemerintah harus memberikan tekanan untuk mewujudkan kemandirian nasional, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dari negara lain.

“Ini yang selama ini dilupakan, pemerintahan saat ini cenderung tergantung pada pihak lain. Malah sering melakukan impor pangan,” ujar Didie pada Kontan, Minggu (13/4).

Kemandirian pangan membuat Indonesia mampu mewujudkan ketahanan nasional. Lembaga seperti Bulog harus berperan mengendalikan pangan. Selama ini liberalisasi yang dilakukan malah membuat pihak asing yang menguasai.

Kedua, soal Infrastruktur, mustahil membangun infrastruktur kalau program APBN masih seperti sekarang. Sebanyak 30% subsidi ditujukan untuk BBM sehingga tak ada dana untuk pembangunan infrastrukltur. Didie menyarankan untuk menghapus atau mengurangi subsidi BBM dan menggantinya untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, pemerintah juga bisa berhutang sebagai cara lain untuk membangun infrastruktur. “Berhutang tak akan membuat negara ini bangkrut,” ungkapnya.

Ia mencontohkan di AS, GDP yang dihasilkan lebih kecil dari jumlah utangnya. Sementara Indonesia GDP yang ada jauh lebih besar dari pinjaman. Jadi jelas pihak internasional pun mau memberikan pinjaman. “Asalkan pengawasan terhadap pinjaman berlangsung dengan baik, DPR mengawasi sehingga tak ada mark up,” tambahnya.

Ketiga, soal fiskal, menurutnya harus dicari siklus baru dan dengan terobosan baru supaya orang membayar pajak dengan lebih mudah dan bisa mencapai lebih banyak orang. “Jangan hanya membebankan pajak pada orang itu-itu saja, bisa-bisa mereka hengkang ke luar negeri,” tegasnya.

Keempat, soal persiapan menghadapi MEA, sampai sekarang Indonesia masih was-was. Banyak sosialisasi tanpa ditetapkan secara rinci pelaksannaanya. Seharusnya dicari industri unggulan Indonesia lalu dirumuskan strategi yang jelas. Ia mencontohkan industri semen yang mengakuisisi perusahaan di Vietnam. “Industri semen itu basis manufaktur disini, cara itu bisa memperkuat posisi Indonesia di ASEAN,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×