Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kapuas Prima Coal Tbk optimis bisa memacu kinerjanya pada tahun ini. Pada sepanjang tahun 2021 ini, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih besi (Fe) dan Galena untuk kemudian diolah menjadi konsentrat timbal (Pb) dan konsentrat seng (Zn) itu membidik penjualan sebesar Rp 1,25 triliun.
Sebagai pembanding, emiten berkode saham ZINC ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 608,09 miliar dengan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 30,95 miliar di tahun 2020.
Dengan demikian, berdasarkan hitungan kasar Kontan.co.id, ZINC bakal mencatatkan pertumbuhan sekitar 105,55% secara tahunan atau year-on-year (yoy) apabila target tersebut berhasil direalisasi.
Baca Juga: Siapkan capex Rp 200 miliar, berikut rencana bisnis Impack Pratama (IMPC) tahun ini
Bukan tanpa alasan ZINC mengejar pertumbuhan target. Direktur Keuangan Hendra Susanto William mengungkap, ZINC sudah mencatatkan penjualan sekitar Rp 220 miliar, dengan gross profit sebesar Rp 115 miliar, dan untuk net profit setelah pajak sebesar Rp 64,7 miliar.
Bila dibandingkan dengan capaian pada periode sama tahun lalu, yakni periode kuartal I 2020, capaian penjualan tersebut memang relatif lebih besar. Tercatat, penjualan ZINC di kuartal I 2020 mencapai Rp 166,74 miliar berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan.
“Hasil inilah yang menyebabkan kenapa kami dari segi manajemen ZINC secara optimis dan positif menyatakan bahwa untuk 2021 ini kami yakin akan menjadi tahun yang baik untuk ZINC,” papar Hendra dalam sesi acara paparan publik di Jakarta, Rabu (9/6).
Optimisme ZINC dalam mengejar pertumbuhan penjualan juga berdasar pada adanya potensi pendapatan dari penjualan bijih besi pada tahun ini. Asal tahu, ZINC telah melakukan penjualan bijih besi perdana mulai Januari 2021 lalu ke salah satu pabrik peleburan di Indonesia. Berdasarkan hitungan perusahaan, ZINC bisa mendapatkan pendapatan tambahan sekurang-kurangnya US$ 10 juta - US$ 15 juta dari penjualan bijih besi di sepanjang tahun ini.
Untuk mengejar target penjualan, ZINC telah mencanangkan 564.000 ton ore pada tahun ini, meningkat dari realisasi produksi tahun lalu yang sebesar 496.745, 90 ton di tahun 2020. Dari target produksi ore tersebut, ZINC menargetkan produksi konsentrat seng mencapai 46.000 ton konsentrat timbal 17.500 ton, sesuai dengan kuota ekspor yang didapat perusahaan pada tahun ini. Sementara itu produksi bijih besi ditargetkan bisa mencapai 300.000 ton pada tahun ini.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Kalbe Farma (KLBF) berpotensi menjadi vaksin gotong royong
Guna menunjang kinerja dan rencana-rencana perusahaan, ZINC menganggarkan belanja modal sebesar US$ 7 juta - US$ 8 juta ton pada tahun ini. Anggaran tersebut bakal dipergunakan untuk pengembangan infrastruktur terowongan, meningkatkan safety dan menambah jumlah alat berat untuk menunjang peningkatan kapasitas produksi.
Dari kuota ekspor konsentrat seng dan timbal yang didapat, ZINC telah mengantongi kontrak penjualan untuk periode produksi sampai Agustus 2021 mendatang. Saat ini, target ekspor ZINC masih menyasar China, namun ZINC juga tengah melakukan penjajakan dengan calon pelanggan-pelanggan potensial di negara-negara lainnya seperti Jepang dan Korea.
“Sejak awal tahun 2021 karena permintaan akan kedua commodity (konsentrat seng dan timbal) ini meningkat cukup tajam kami mendapatkan banyak permintaan dari berbagai negara lain selain China, dan saat ini kami memang sedang berproses bernegosiasi masalah harga dan masahah pengiriman kepada mereka,” ungkap Hendra.
Mengawal proyek smelter
Saat ini, ZINC juga tengah mempersiapkan penyelesaian proses pembangunan smelter seng di Kalimantan Tengah. Smelter berkapasitas 68.000 ton konsentrat seng dengan hasil produksi 30.000 Ton Ingot dengan kadar 99,99% tersebut direncanakan dapat beroperasi di beroperasi di kuartal I tahun 2023.
Total investasi dari smelter tersebut diperkirakan mencapai sebesar US$ 67 juta. Tahun ini, ZINC berencana menyiapkan dana sekitar US$ 25 juta untuk penyelesaian smelter tersebut. Dananya berada di luar anggaran capex ZINC sebesar US$ 7 juta - US$ 8 juta yang telah disinggung sebelumnya.
Baca Juga: Program WFB belum dapat mengerek okupansi hotel Bukit Uluwatu (BUVA)
Selain itu, ZINC juga tengah mengawal pembangunan smelter timbal yang berada di Kotawaringin, Kalimantan Tengah. Smelter tersebut direncanakan akan memasuki tahap commissioning pada kuartal III-2021, dan menjadi smelter pemurnian timbal pertama di Indonesia.
Smelter berkapasitas 40.000 ton konsentrat timbal dengan hasil produksi 20.000 ton bullion berkadar 99,50% tersebut memiliki total investasi US$ 15 juta (dari awal sampai akhir). Dalam catatan Kontan.co.id sebelumnya progres pembangunan smelter tersebut mencapai 99% dan memasuki tahap akhir, yaitu proses serah terima antara ZINC dan pihak tenaga ahli kontraktor smelter.
“Kita estimasi karena bandara semua sudah bisa dibuka, vaksin sudah dijalankan, kami estimasi mungkin akhir kuartal 3 atau awal kuartal 4 kami berencana untuk melakukan commissioning dan mulai beroperasi. kami mohon acara commissioning dapat berjalan lancar dan selanjutnya dapat berproduksi secara komersial,” papar Hendra.
Selanjutnya: Pacu penjualan ke sektor swasta, Kabelindo Murni (KBLM) yakin bisa kantongi laba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News