kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Karen: Impor minyak karena produksi kita minim


Kamis, 05 Desember 2013 / 20:45 WIB
Karen: Impor minyak karena produksi kita minim
ILUSTRASI. Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) bersama Direktur Utama Danareksa Arisudono Soerono (kiri) meluncurkan Holding BUMN Danareksa di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (20/7/2022).


Reporter: Rr Dian Kusumo Hapsari | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. PT Pertamina memendam keinginannya agar Indonesia bisa melepaskan diri dari ketergantungan dari Impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Namun, keinginannya tersebut hanya dapat direalisasikan apabila ada kebijakan solusi dari seluruh kementerian dan para pemangku kepentingan di Indonesia.

Karen Agustiawan, Direktur PT Pertamina (Persero) mengatakan, alasan utama masih berlangsungnya aktivitas impor minyak disebabkan akibat produksi minyak mentah dari lapangan minyak di Indonesia saat ini hanya 840.000 barel per hari.

"Volume produksi yang dihasilkan tersebut dinilai sangatlah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," tuturnya Kamis (5/12) di Gedung DPR, Jakarta.

Sekadar informasi, untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, Pertamina mengimpor 327.000 barel per hari pada tahun ini.

Minyak mentah yang berasal dari dalam negeri sebesar 506.000 ribu barel per hari maka jika ditotal 833.000 barel per hari atau dengan presentase 61% dari domestik dan 39% dari luar negeri.

Impor minyak mentah Pertamina berasal dari lima wilayah, yaitu Afrika Barat, Mediterania, pecahan Rusia, Asia Pasifik dan Saudi Arabia.

Karen mengakui, produksi minyak tersebut pada dasarnya cukup untuk membuat Indonesia menghentikan impor minyak mentah.

Namun, hal tersebut belum bisa diwujudkan dikarenakan belum adanya kesamaan sikap antar pemangku kepentingan. Impor minyak mentah terpaksa dilakukan oleh Pertamina karena pemerintah hingga saat ini belum mengeluarkan kepastian kebijakan yang menekan konsumsi BBM bersubsidi yang terus meningkat. 

Melihat kondisi tersebut, Karen berpendapat bahwa persoalan impor minyak mentah sebetuhnya bukan menjadi masalah Pertamina, melainkan masalah ini merupakan persoalan para pemangku kepentingan di negeri ini yang juga harus turut campurdalam mencarikan solusinya. 

"Ini bukan masalah Pertamina, kalau boleh pilih Pertamina tidak mau impor hanya menggunakan 840.000 barel, tapi digunakan distribusi tertutup. BBM Bersubsidi hanya untuk sepeda motor dan angkutan saja. Cuma kami hanya pelaksana," jelasnya.

                                           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×