Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Menjalani bisnis penerbangan bukan perkara gampang. Kejadian tertundanya (delay) sejumlah penerbangan Lion Air di bandara Ngurah Rai, Denpasar pada hari Minggu (1/9) lalu menjadi bukti sahih. Ujung-ujungnya adalah konsumen jualah yang menjadi korban.
Menurut Rusdi Kirana, Direktur Utama Lion Air, akibat kejadian tersebut, terjadi kekacauan jadwal penerbangan Lion Air di bandara Ngurah Rai. Usut punya usut, klaim Rudi adalah bahwa ada sejumlah petugas pintu masuk (check in) Lion Air tidak masuk di jam dan waktu saat terjadi keterlambatan penerbangan. "Ada sekitar 15 karyawan yang tidak hadir. Hingga saat ini kami belum mengetahui alasannya," kata Rusdi, Selasa (3/9).
Edward Sirait, Direktur Umum Lion Air menambahkan, selain itu ada tiga kapten pilot Lion Air yang seharusnya bertugas di bandara tersebut berhalangan hadir dengan alasan sakit flu. Kondisi pun makin diperparah dengan adanya satu pesawat Lion Air jenis ATR mengalami kendala teknis di sana. Sejatinya pesawat ini akan melayani rute Bali - Lombok.
Sejauh ini, kata Rusdi, 15 karyawan Lion Air tersebut masih mangkir hingga kini. Manajemen Lion Air pun berjanji akan menyelidiki perkara ini. Namu Rusdi menduga para karyawan ini menaruh simpati terhadap 18 mantan karyawan Lion Air yang dirumahkan.
Maskapai penerbangan nasional ini terpaksa merumahkan para pegawai yang berkantor di bandara Ngurah Rai ini lantaran diduga menerima uang sogokan dari penumpang yang membawa bagasi berlebih.
Nah, lantaran sampai kini Lion Air belum mendapat petugas pengganti yang membuat maskapai ini kekuarangan petugas di sana, akhirnya terjadi rentetan keterlambatan penerbangan. Setidaknya ada sekitar 55 rute penerbangan domestik Lion Air yang tertunda. Mulai dari 1 Septmber 2013 sampai 2 September 2013.
Perinciannya adalah sebanyak 35 rute yang terlambat di 1 September 2013, sisanya di hari berikutnya. Rentan keterlambatan antara satu sampai enam jam.
Lion Air sendiri menyatakan sudah memberi kompensasi kepada penumpang yang jumlahnya secara total bisa mencapai satu juta rupiah per numpang.
Nah, supaya kejadian ini tidak kembali terulang, Lion Air bakal menerapkan sistem baru. Yaitu menerapkan check in ke bandara cukup melalui agen perjalanan saja. "Jadi penumpang bisa mendapat boarding pass ketika membeli di agen perjalanan," jelas Rusdi.
Akibat kejadian tersebut, manajemen Lion Air mengalami sejumlah kerugian. Namun hingga kini Rusdi mengaku pihaknya belum mengkalkulasi jumlah kerugian. "Kerugian bisa mencapai miliaran rupiah karena ditambah dengan biaya bahan bakar pesawat," klaim Rusdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News