Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal mengimpor daging sebanyak 100.000 ton, terdiri dari 80.000 ton daging kerbau dan 20.000 ton daging sapi. Impor tersebut ditugaskan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri bisa memahami keputusan pemerintah tersebut. Hal itu untuk menjaga persediaan daging sebagai antisipasi naiknya permintaan pada masa bulan ramadan dan Idul Fitri.
Menurutnya, impor daging sapi maupun kerbau memang tidak terhindarkan. Dia memberikan gambaran, proyeksi kebutuhan daging nasional pada tahun ini berkisar 696.000 ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% bisa dipasok dari domestik.
Sedangkan 40% sisanya masih perlu diadakan melalui impor. Dari jumlah itu, peran swasta dalam pengadaan impor berkisar 25%. Sedangkan kontribusi dari BUMN dalam impor daging sekitar 15%.
Baca Juga: Setelah beras, kini pemerintah berikan izin impor daging 100.000 ton
"Kurang lebih begitu kondisinya. Kita memang butuh penyeimbang (dalam melakukan impor) kan nggak swasta semua, pemerintah ikut berperan. Meski kebutuhan impor masih lumayan (tinggi), 60% pasokan lokal sudah cukup bagus," ungkap Suhandri kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).
Mengenai kebutuhan daging, khususnya sapi, ada dua momentum yang menurut Suhandri mesti diperhatikan. Yakni dalam Idul Fitri dan Idul Adha.
Saat Idul Fitri, kebutuhan daging bisa meningkat hingga dua kali lipat. Sebagai gambaran, stok daging yang disiapkan anggota Aspidi di wilayah Jabodetabek pada hari biasa berkisar 2.500 ton per bulan. Saat masa puasa hingga Idul Fitri, stok yang disiapkan bisa meningkat hingga ke angka 5.000 ton bahkan lebih.
Namun, pada tahun lalu, terjadi penurunan permintaan daging hingga 20% saat momen Idul Fitri. Pandemi covid-19 cukup berdampak terhadap merosotnya permintaan.
Baca Juga: Bulog bakal realisasikan impor daging kerbau 80.000 ton bertahap
Kata Suhandri, permintaan daging baru terangkat pada bulan Oktober sekitar 8%. Sayangnya, kenaikan tersebut tak berlanjut hingga awal tahun ini. Alhasil, dia pun masih belum bisa memprediksi berapa kenaikan permintaan daging sapi maupun kerbau pada momentum puasa dan Idul Fitri tahun ini.
"Di Januari-Februari (permintaan) masih stabil. Jadi belum bisa lihar adanya pergerakan konsumsi, mungkin nanti menjelang puasa di pertengahan April, kita lihat saja," ujarnya.