Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membantah keputusan impor tiga rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) dari China karena ada ancaman penundaan utang kereta cepat.
Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan, pengadaan impor tiga rangkaian KRL asal China ini sudah dilakukan sesuai aturan tanpa ada tekanan dari manapun.
"Tidak ada hubungannya, pure tidak ada hubungannya. Pengadaannya KRL, prosesnya, benar-benar pengadaan tidak ada pengaruh dari siapapun," jelas Anne dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (6/2).
Baca Juga: KCI Impor KRL dari China Rp 783 Miliar, Mulai Beroperasi Tahun Depan
Anne mengatakan dalam proses pengadaan impor KRL ini pihaknya melibatkan banyak pihak termasuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk memperkuat keputusan impor dari China.
Anne menjelaskan hubungannya dengan ketiga negara yaitu Jepang, Korea Selatan dan China yang menawarkan proposal pengadaan KRL sama baiknya. Pihaknya juga mengatakan bahwa hingga saat ini Indonesia masih melakukan kerja sama dengan ketiganya.
"Jadi bukan masalah masalah negara mana tapi bagaimana bisa memenuhi sarana dan bisa melakukan transfer knowledge teknologi," jelas Anne.
Diketahui, dalam pengadaan impor 3 KRL ini KCI mendapatkan tawaran dari tiga negara yaitu Jepang, Korea Selatan dan China.
Mulanya, KCI menerima proposal resmi dari produsen KRL asal Jepang, J-TREC, pada Oktober 2023.
Kemudian, perusahaan manufaktur kereta api asal Korea Selatan yakni Wojin dan Dawonsys, serta perusahaan asal China yang juga memproduksi Kereta Cepat Whoosh yakni China Railway Construction Corporation (CRRC) Sifang Qingdao.
Baca Juga: Batal Impor KRL dari Jepang, KCI Pilih Impor KRL dari China karena Lebih Murah
Setelah menerima proposal dari berbagai perusahaan tersebut, KCI pun melakukan pembahasan proses pengadaan sarana KRL hingga akhirnya memutuskan untuk memilih CRRC Sifang sebagai mitra kerja.
Namun, diterimanya proposal dari CRRC kemudian dihubungkan dengan utang KCJB oleh beberapa pihak.
"Menarik, ternyata keputusan Indonesia impor KRL baru dari China, bukan Jepang, gegara pihak China ancam menahan gelontoran pinjaman untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) jika Indonesia ngotot mengimpor KRL bekas dari Jepang," tulis pengguna akun X @kabarpenumpang, Selasa (6/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News