Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia semakin serius menjajaki kerja sama pengembangan bahan bakar nabati (BBN) bioetanol bersama dengan Brasil. Seperti diketahui Brasil merupakan negara terbesar yang merajai produksi etanol dunia.
“Mulai dari pengembangan teknologi produksi, penelitian, dan pengembangan bibit unggul, metode penanaman dan produksi untuk peningkatan produktivitas tanaman tebu,” ujar Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Edi Wibowo kepada Kontan.co.id, Jumat (26/1).
Kemudian, efisiensi proses dan biaya, pertukaran keahlian, dan mendorong investasi Brasil dalam industri bioetanol nasional.
Kolaborasi dengan Brasil ini sudah dimulai dalam pengembangan Sugar Group Industry, semacam forum diskusi yang melibatkan stakeholder terkait termasuk dari dunia industri tebu pada 2022.
Baca Juga: Produk Bioetanol E5 Belum Banyak Dilirik Badan Usaha BBM Swasta
Selain itu juga sudah banyak diskusi yang dilakukan Kementerian ESDM baik dengan perwakilan pemerintah Brazil, pengusaha, dan akademisi.
“Kami sangat memahami bahwa Brasil sangat unggul dalam pengembangan bioetanol dan memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Edi, Pemerintah sangat terbuka akan kerja sama pengembangan bioetanol dengan Brasil.
Edi mengungkapkan ketersediaan fuel grade ethanol (FGE) nasional saat ini baru sejumlah 40.000 kiloliter (kL) per-tahun. Jumlah ini masih jauh untuk memenuhi kebutuhan pencampuran bioethanol secara nasional.
Pasalnya berdasarkan roadmap pengembangan bioetanol berbasis tebu, diperkirakan pada 2026 kebutuhan bioethanol akan meningkat menjadi 623.000 kiloliter (kL).
Oleh karenanya, Pemerintah telah berusaha meningkatkan ketersediaan biotanol melalui Perpres No 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel), di mana ditargetkan pada 2030 akan tersedia FGE sebesar 1,2 juta kL.
Baca Juga: Dukung Bioetanol, PTPN Usul Konversi Lahan Sawit ke Tebu
Sebelumnya Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan, pengembangan BBN terbukti dapat meningkatkan perekonomian rakyat kecil.
“Ini sesuatu yang bagus dan sudah ada contohnya di beberapa negara tropis seperti di Brasil,” ujarnya tahun lalu.
Potensi hilirisasi bioetanol berbasis tebu membuka peluang menciptakan ketahanan energi melalui pengurangan ketergantungan impor bahan bakar minyak nasional, sekaligus menciptakan bauran energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.
Dalam konteks program biodiesel kelapa sawit yang sudah berjalan beberapa tahun belakangan, berdasarkan hasil riset Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan Indonesia telah menghemat devisa sebesar US$ 2,6 miliar dari substitusi impor diesel.
Di sisi lain, laporan ITB memproyeksikan Indonesia akan mengimpor hingga 35.6 juta kiloliter pada 2040 atau hampir dua kali lipat dari jumlah impor bahan bakar minyak tahun 2021.
Baca Juga: Pemanfaatan BBM Campuran Sawit dan Etanol Tebu Terus DIdorong
Jika ditambah dengan pemanfaatan bioethanol sebagai bahan campuran BBM, tentu diharapkan bisa membawa implikasi yang sama.
Seperti dapat menurunkan impor BBM jenis bensin, menurunkan polutan emisi kendaraan, dan menciptakan potensi lapangan kerja di sektor pertanian dan produksi bioetanol.
Manfaat lain bioetanol juga adalah potensi pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 43% termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5 dan meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025.
Penurunan emisi dapat terjadi karena etanol sebagai gasohol memiliki nilai oktan sebesar (RON) 128, sehingga pencampuran dengan bensin akan meningkatkan kadar oktan dan kualitas pembakaran BBM.
Baca Juga: Karena Alasan Ini, Pertamina Akan Ajuan Insentif Cukai Ethanol
Untuk mendukung program subsitusi BBM ke BBN ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bersama tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan didukung oleh US Grains Council (USGC) juga telah berhasil menyusun Peta Jalan Strategis untuk Percepatan Implementasi Bioetanol di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News