kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan naik, industri keramik pacu produksi


Senin, 07 April 2014 / 08:10 WIB
Kebutuhan naik, industri keramik pacu produksi
ILUSTRASI. Bursa Senin (14/11) Segera Dimulai, Untuk Trading Pantau 8 Saham Berikut


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Produksi keramik domestik diprediksi terus meningkat. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) memperkirakan, produksi keramik nasional tahun ini sebesar 430 juta meter persegi (m²) sampai 450 juta m². Tahun lalu, produksi keramik nasional hanya sekitar 370 juta m². Ini berarti, di tahun kuda kayu ini ada peningkatan produksi keramik sebesar 10,81%.

"Perusahaan-perusahaan terus melakukan ekspansi dan membangun pabrik baru," ujar Elisa Sinaga, Ketua Umum Asaki kepada KONTAN, Jumat (4/4). Kenaikan produksi ini juga dibarengi dengan pertumbuhan penjualan. Sampai Desember 2013, Asaki mencatat penjualan keramik secara nasional sebesar Rp 30 triliun atau menguat 25% dibandingkan dengan realisasi 2012 yang sebesar Rp 24 triliun.

Nah, Asaki memperkirakan, tahun ini, penjualan keramik bisa terkerek hingga 13,33% menjadi Rp 34 triliun. Salah satu pabrikan keramik di dalam negeri yang menggenjot produksi adalah PT Inti Keramik Alamasri Industri (IKAI).

Vincentius An Eng, Sekretaris Perusahaan PT Inti Keramik Alamasri Industri menargetkan produksi keramik perusahaannya di atas 3 juta m². Penambahan produksi ini selaras dengan rencana perusahaan itu untuk memperlebar pasar ekspor. "Target kami itu tercapai sepanjang supply gas memadai dan kurs rupiah menguat," terang Vincentius.

Saat ini, kapasitas produksi terpasang pabrik Inti Keramik di Tangerang sebesar 6,6 juta m². Tahun ini, produsen keramik Esenza ini juga menargetkan pendapatan penjualan sebesar Rp 310 miliar. Pada 2013, perusahaan itu berhasil mengantongi pendapatan Rp 211,52 miliar, atau tumbuh 5,12% dari tahun 2012 yang sebesar Rp 201,20 miliar.

Hambatan 2014

Walaupun optimistis industri keramik semakin kinclong, Elisa bilang, para produsen akan menghadapi sejumlah tantangan, seperti nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Belum lagi ditambah dengan rencana kenaikan tarif listrik dan upah karyawan. Elisa menjelaskan, bahan baku utama industri keramik adalah gas alam.

Sementara, harga gas alam dibanderol dengan menggunakan dollar AS. Pelemahan mata uang rupiah membuat biaya produksi ikut membengkak karena sebagian bahan baku masih impor. Padahal, 85% penjualan keramik masih didominasi di dalam negeri yang menggunakan mata uang rupiah. Hal ini semakin menghimpit kinerja perusahaan keramik.

Selama ini, ekspor keramik tidak terlalu besar karena produsen dalam negeri harus bersaing dengan perusahaan keramik lokal di negara tujuan ekspor. Adapun wilayah tujuan ekspor keramik adalah Asia Pasifik, Asia Tenggara, dan Australia.

Kenaikan biaya produksi, biasanya akan berdampak terhadap harga jual. Namun, Elisa bilang, belum ada perusahaan keramik yang berencana menaikkan harga jual dalam waktu dekat. "Itu kembali lagi ke perusahaan masing-masing, bagaimana mereka bisa mengelola keuangannya," ujar Elisa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×