kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan plastik tumbuh hingga 7%


Jumat, 10 Januari 2014 / 07:15 WIB
Kebutuhan plastik tumbuh hingga 7%
ILUSTRASI. Promo JSM Hypermart 19-22 Agustus 2022


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Pesta demokrasi yang akan diadakan pada tahun 2014 ini akan mengerek pertumbuhan penggunaan plastik 7% dibandingkan dengan tahun lalu. Sepanjang tahun 2013, kebutuhan plastik mencapai 3 juta sampai 4 juta ton. Berarti, tahun ini, kebutuhan plastik bisa mencapai 3,8 juta sampai 4,3 juta ton.


Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplast) mengatakan, meski konsumsi plastik naik, hal ini tidak diimbangi dengan kenaikan kapasitas produksi. "Tahun ini, impor plastik akan naik sesuai dengan kenaikan konsumsi," ujar Budi.

Tahun lalu, total kapasitas terpasang produksi plastik sebesar 2,5 juta ton. Tahun ini, Budi bilang, hanya PT Chandra Asri Chemical Tbk yang menambah kapasitasnya. Dus, tahun ini, kapasitas produksi plastik nasional naik tipis sebesar 30% menjadi 2,8 juta ton.

Budi menjabarkan beberapa kendala yang menghambat di industri plastik. Pertama, harga bahan baku di hulu mahal. Solusinya, saat ini, Chandra Asri sedang melakukan studi dengan pihak dari Jerman untuk menggunakan gas. Rencananya, gas akan dibeli dari Blok Tangguh atau Senoro. "Namun, keekonomiannya tergantung dari harga gas," kata Budi. Targetnya, teknologi gas bisa diterapkan pada 2016 mendatang.

Solusi lainnya adalah menggunakan teknologi gasifikasi batubara yang notabene harganya lebih murah. Tapi, untuk merealisasikan ini butuh investasi hingga Rp 1 triliun. "Sudah kita tawarkan kepada investor tapi belum ada yang berminat," papar Budi. Makanya, proyek ini butuh insentif seperti tax holiday.

Kedua, bahan baku produk plastik sangat bergantung dengan impor. Alhasil, produk plastik dalam negeri masih kalah dibandingkan dengan produk impor. Apalagi dengan kondisi rupiah saat ini membuat produk lokal tidak kompetitif. "Bahan baku kita 50% impor dan 50% dari dalam negeri," kata Budi.

Kementerian Perindustrian (Kemperin) sudah berupaya mendorong industri hilir plastik dengan cara memperkuat industri refinery dan naphtha cracker. Telah ada lima kluster pengembangan industri petrokimia sebagai bahan baku plastik, yakni Cilegon, Pulau Bintan, Tuban, Muara Enim, dan Bintuni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×