Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Kedaung Indah Can Tbk (KICI) akan menaikkan harga jual enamel pada semester II-2016 sebesar 5%. Semula, perusahaan tersebut sudah menaikkan harga enamel secara bertahap sejak awal 2016 lalu.
Manajemen Kedaung paham, konsumen tak akan menyambut positif strategi mengerek harga ini. "Ini seperti buah simalakama sebab ditakutkan bila harga naik membuat daya beli menurun," ujar Ing Hidayat Karnadi, Sekretaris Perusahaan PT Kedaung Indah Can Tbk saat dihubungi KONTAN, Rabu (31/8).
Namun apa boleh buat, Kedaung Indah mengaku tekanan bisnis tak kunjung mengendur hingga paruh kedua tahun 2016. Mereka masih menghadapi dua tantangan utama. Pertama, pasca kebijakan anti dumping baja China keluar, Kedaung Indah harus membeli baja lokal dengan porsi lebih banyak dari sebelumnya. Asal tahu, baja merupakan salah satu bahan baku yang mereka pakai.
Komposisi sumber pembelian baja Kedaung Indah saat ini; 50% baja lokal dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan 50% baja impor dari China. Padahal, semula komposisi baja impor mereka lebih besar dari persentase itu.
Tanpa menyebutkan perbandingan harga, harga baja impor dari Negeri Panda lebih miring ketimbang baja lokal. Tak ayal, Kedaung Indah harus merogoh kocek lebih besar dalam untuk membiayai produksi. Sementara, perusahaan berkode KICI di Bursa Efek Indonesia itu juga tak melakukan strategi lindung nilai alias hedging.
Tantangan kedua, Kedaung Indah merasa tertekan oleh kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sejak tahun lalu. Perusahaan tersebut mengoperasikan pabrik di Kali Rungkut, Gununganyar, Surabaya, Jawa Timur. Informasi saja, tahun 2015 lalu UMP Kota Surabaya naik 22,73% menjadi Rp 2,71 juta. Buntut dari kenaikan upah itu, Kedaung Inti tak berniat merekrut karyawan baru.
Mengintip laporan keuangan semester I-2016, biaya tenaga kerja langsung tercatat Rp 11,66 miliar. Biaya itu setara dengan 29,63% terhadap beban pokok penjualan yang sebesar Rp 39,35 miliar.
Target realistis
Selain menaikkan harga enamel, Kedaung Indah akan meningkatkan efisiensi biaya dari sisi bahan baku. Perusahaan itu bakal lebih selektif belanja bahan baku. Bahan baku yang mereka pakai seperti plat baja karbon, enamel frits, pelek stainless steel, decal atau transfer paper.
Asal tahu, Kedaung Indah membagi produk dalam dua kategori utama berdasarkan bahan, yakni enamel dan can. Enamel adalah produk dengan lapisan tipis keramik atau kaca yang dilapiskan pada logam. Enamel biasa dipakai untuk membikin produk seperti panci dan teko. Kapasitas produksi terpasang enamel 1.560 ton per tahun. Tingkat utilisasinya sebesar 70%.
Sementara can adalah kaleng yang biasa dipakai untuk wadah, seperti kaleng biskuit. Kapasitas produksi terpasang can 6.750 set per tahun.
Konsumen produk berbahan enamel adalah ritel. Kalau konsumen produk can adalah korporasi, seperti perusahaan yang memproduksi makanan, bedak dan obat.
Selain menggeber strategi internal, Kedaung Indah juga berharap bisa menikmati penurunan tarif listrik dan harga gas industri. Komposisi belanja energi mereka yakni; 80% listrik dan 20% gas. Saat ini, mereka membayar harga gas industri US$ 8 per mmbtu.
Semula Kedaung Indah Can Tbk memproyeksikan laba sebelum pajak tahun ini meningkat 20%. Namun, mereka lantas lebih realistis. "Kami menargetkan pencapaian penjualan dan semuanya sama seperti tahun lalu, itu sudah cukup," kata Ing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News