kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kehadiran TransNusa Menambah Persaingan Penerbangan LCC di Indonesia


Minggu, 02 Oktober 2022 / 16:34 WIB
Kehadiran TransNusa Menambah Persaingan Penerbangan LCC di Indonesia
ILUSTRASI. Kehadiran TransNusa Menambah Persaingan Penerbangan LCC di Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis penerbangan bertarif rendah atau Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia bakal semakin ketat. Ini mengingat PT TransNusa Aviation Mandiri (TransNusa) merangsek ke segmen LCC dengan membuka rute Jakarta-Bali dan Jakarta Yogyakarta mulai 6 Oktober mendatang.

TransNusa sebenarnya sudah beroperasi sejak tahun 2005 silam. Awalnya, maskapai penerbangan ini melayani rute di wilayah timur Indonesia, terutama Nusa Tenggara-Bali dan Sulawesi bagian selatan. Perusahaan ini kemudian bertransformasi dan bakal menghadirkan layanan transportasi udara dengan konsep maskapai LCC.

Nantinya, TransNusa akan melayani penerbangan Jakarta (CGK) menuju Bali (DPX) sebanyak 5 kali sehari pergi pulang dengan tarif mulai dari Rp 800.000 untuk sekali jalan. Ada pula penerbangan Jakarta (CGK) menuju Yogyakarta (YIA) sebanyak 2 kali sehari pergi pulang dengan tarif mulai dari Rp 500.000 untuk sekali jalan.

Baca Juga: TransNusa Akan Terbang Mulai 6 Oktober Sebagai Maskapai Bertarif Murah

Pihak TransNusa sudah mulai menjual tiket penerbangan untuk kedua rute tersebut sejak 28 September 2022. Perusahaan ini juga memberi penawaran diskon hingga 25% bagi calon penumpang yang memesan tiket mulai 28 September hingga 5 Oktober 2022.

Direktur Utama TransNusa Bayu Sutanto mengatakan, pihaknya masuk ke bisnis penerbangan LCC lantaran melihat adanya pergeseran segmen layanan transportasi udara di Indonesia pasca pandemi Covid-19. “Setelah pandemi, porsi penerbangan LCC menjadi lebih besar, khususnya untuk segmen penumpang traveller dan non korporat atau pemerintahan,” ujar dia, Minggu (2/10).

Ia menambahkan, TransNusa memiliki bentuk layanan penerbangan LCC yang berbeda dibandingkan maskapai penerbangan lainnya. Dalam hal ini, TransNusa memberikan layanan gratis bagasi sampai 20 kilogram serta menyediakan snack makanan dan minuman di kabin pesawat.

Sayangnya, ia enggan membeberkan besaran investasi yang digelontorkan TransNusa untuk membuka layanan penerbangan LCC, termasuk jumlah armada pesawat yang dioperasikan khusus untuk segmen LCC. Sedangkan dalam berita sebelumnya, penerbangan LCC TransNusa akan menggunakan armada baru AIRBUS A320neo yang berkapasitas 168 penumpang.

Baca Juga: Sektor Penerbangan Mulai Pulih, Airbus Berkomitmen Memperkuat Pasar di Indonesia

Bayu yakin TransNusa dapat menjalankan bisnis penerbangan LCC dengan baik di tengah persaingan yang ketat pada segmen tersebut. Ini mengingat sudah ada beberapa maskapai lainnya yang berkecimpung di segmen LCC, seperti Citilink, AirAsia, Lion Air, dan Super Air Jet.

“Selama kue pasar LCC terus tumbuh, tentu masing-masing maskapai akan punya segmen pelanggan sendiri,” terang dia.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Denon Prawiraatmadja menilai, masuknya TransNusa ke bisnis LCC merupakan pertanda positif bagi industri penerbangan secara keseluruhan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pasar penerbangan berkonsep LCC sedang tumbuh di Tanah Air.

“Semakin banyak maskapai yang melayani LCC, tentu makin banyak masyarakat yang merasakan dampak positifnya,” kata dia, Minggu (2/10).

Maskapai penerbangan LCC memang memiliki keunggulan berkat kemampuannya menawarkan harga tiket yang murah bagi calon penumpang. Kehadiran layanan penerbangan LCC tentu sangat memudahkan masyarakat di tengah ancaman ketidakpastian ekonomi.

Baca Juga: Strategi Pendatang Baru di Maskapai Penerbangan

Maskapai-maskapai LCC tentu tidak luput dari kendala. Apalagi, industri penerbangan nasional masih dalam tahap pemulihan usai terdampak oleh pandemi Covid-19 selama lebih dari dua tahun terakhir. Tingkat keterisian rata-rata pesawat sejauh ini baru mencapai kisaran 60%.

Terlepas dari itu, ruang bagi para maskapai LCC untuk berekspansi jelas masih sangat terbuka. Sebab, masih banyak rute-rute penerbangan domestik yang belum digarap oleh pengelola maskapai layanan LCC.

“Industri penerbangan nasional bakal semakin pulih di tahun 2023 mendatang, di mana sebagian besar ditopang oleh penerbangan rute domestik,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×