Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Industri busana muslim (Muslim Fashion) menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di bidang ekonomi kreatif, selain bidang kuliner.
Oleh karena itu, guna memaksimalkan percepatan industri kreatif dan penyusunan roadmap industri kreatif di bidang busana muslim, Kelompok Kerja (Pokja) Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) bersama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Bekraf mengadakan kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) mengenai industri busana muslim di Indonesia.
"Hal ini kita bahas, karena berdasarkan hasil pertemuan antara KEIN dengan Presiden Joko Widodo sebulan sekali di luar rapat Kabinet, dan terakhir juga dalam rapat terbatas dengan beliau tentang presentasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ternyata salah satu sektor yang paling banyak meningkatkan pertumbuhan ekonomi terdapat di bidang industri kreatif," kata Ketua Pokja Industri Kreatif KEIN, Irfan Wahid dalam sambutannya di Kantor KEIN hari ini, Kamis (23/6) di Jakarta.
Menurut Irfan Wahid, atau yang sering dipanggil Ipang, ketika berbicara industri kreatif, maka ada dua komponen terbesar yang di dalamnya, yaitu bidang kuliner (makanan) dan fashion (busana).
Namun, ternyata industri busana muslim inilah yang menyumbang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi Nasional, katanya.
"Kami sudah melihat, industri busana muslim memang sudah berjalan dengan sangat baik, tapi akan lebih baik lagi jika dikerjakan bersama-sama dengan semua stakeholder (pemangku kebijakan) yang tekait," tegas Irfan yang juga putra dari KH. Sholahudin Wahid ini.
Menurut Irfan, Presiden juga telah menyetujui inisiasi KEIN untuk melakukan pertemuan dengan berbagai lintas kementerian untuk mendisuksikan tentang industri kreatif, khususnya industri busana muslim di Indonesia.
"Sebenarnya, kita juga punya bidang yang berpotensi besar yaitu industri berbasis halal. Namun sayangnya, potensi industri berbasis halal kita di dunia masih di urutan nomer sepuluh, sedangkan di urutan nomer satu adalah negara tetangga, yaitu Malasyia," ungkap Irfan.
Terkait busana muslim, Irfan mengakui, Indonesia memiliki potensi luar biasa. Indonesia merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) sebagai pengeskpor busana muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan.
"Desain dan kualitas produk busana muslim Indonesia juga diakui berdaya saing global, karena mengandung unsur budaya dari batik dan tenun. Namun Indonesia saat ini juga masih menjadi negara dengan peringkat ke-lima pengkonsumsi busana muslim tingkat dunia, selaian peringkat tiga besar lainnya yaitu; Turki, Uni Emirat Arab dan Nigeria," imbuh Irfan.
Ia juga menyebutkan, saat ini ada beberapa negara yang bersiap menguasai pasar busana muslim dunia, diantaranya; Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Malasyia, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, inggris dan Prancis, pungkasnya.
Perlu dibantu promosi
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Euis Saedah mengatakan, terkait rencana Indonesia menjadi kiblat busana muslim se-Dunia tahun depan, maka perlu adanya sarana promosi yang besar.
"Untuk sarana promosi yang diperlukan adalah database dan katalog industri yang lengkap, dan saat ini sarana tersebut masih kurang. Padahal, setiap kita melangkah tentunya harus memiliki angka atau data. Bagaimana kita akan percaya diri untuk menjadi kiblat busana muslim kalau kita tidak tahu posisi Indonesia ada dimana, sudah berapa jauh, apakah memang benar kalau Indonesia tertinggal, padahal belum tentu juga kita benar-benar tertinggal," ujar Euis.
Menurut Euis, pihaknya juga bakal memberikan fasilitas bagi pelaku industri busana muslim untuk ikut fashion show (pameran busana) baik di dalam negeri dan luar negeri.
"Terakhir kemarin kita sudah bantu fasilitasi mereka ke Turki, Maroko dan Perancis," jelas Euis.
Dalam kesempatan di akhir diskusi, semua peserta sepakat mengenai besarnya potensi Indonesia untuk menjadi kiblatnya industri busana muslim tingkat dunia.
"Ada potensi besar, itu kita semua sepakat. Apakah nanti perlu ada konferensi lanjutan untuk memetakan roadmap ini, itu yang akan dibicarakan lebih lanjut." tandas Irfan Wahid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News