kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kejar penambahan 41 GW, pemerintah susun RUPTL Hijau


Minggu, 30 Mei 2021 / 22:07 WIB
Kejar penambahan 41 GW, pemerintah susun RUPTL Hijau
ILUSTRASI. Petugas merawat panel surya yang terpasang di atap Gedung Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM), Jakarta, Senin (24/5/2021).


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengejar penambahan pembangkit hingga mencapai 40.967 Megawatt (MW) atau 41 Gigawatt (GW) dalam kurun waktu 10 tahun. Dalam mencapai target ini, rencananya pembangunan infrastruktur sektor ketenagalistrikan lebih mengedepankan pembangkit yang lebih ramah lingkungan (hijau) berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).

Target ini tertuang dalam rancangan penyusunan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030.

"Kita targetkan dalam 10 tahun ini termasuk 2021 kurang lebih ada 41 ribu Mega Watt tambahan pembangkitnya," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana sebagaimana dikutip dari siaran pers, Minggu (30/5).

Lebih lanjut, Rida merinci bahwa penambahan sekitar 34.528 MW telah selesai didiskusikan dengan PLN, sementara 6.439 MW masih dalam tahap diskusi lanjutan. Untuk tahun ini sendiri, ditargetkan akan ada penambahan sebesar 8.915 MW.

Baca Juga: Kembangkan sektor hulu PLTS, SUN Energy buka peluang kerjasama dengan PLN

Secara terperinci, rencananya tambahan tersebut akan  didominasi PLT Uap/Mulut Tambang sebesar 4.688 MW dan PLT Gas/Gas Uap/Mesin Gas/Mesin Gas dan Uap sebesar 3.467 MW.

Sisanya sebesar 22 MW bakal bersumber dari PLT Diesel, sedangkan sekitar 737 MW dari pembangkit EBT yang terdiri dari PLT Air, PLT Panas Bumi, PLTBio, PLT Hibrid dan PLT Surya.

Rida menegaskan, penyusunan RUPTL kali ini akan lebih banyak menempatkan porsi EBT dengan porsi hingga mencapai 48%, sementara 52% sisanya masih akan ditopang pembangkit berbahan fosil.

Porsi ini lebih besar dibanding porsi EBT pada RUPTL eksisting yang sebesar 30% dengan porsi fosil 70%. Penyusunan RUPTL "Hijau" ini sejalan dengan target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025.

Agar Biaya Pokok Produksi (BPP) tidak mengalami kenaikan, rencananya pembangkit EBT yang tidak banyak meningkatkan BPP akan didahulukan. Selain itu, pemerintah juga akan mendorong lebih banyak Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), mendorong PLTU Cofiring dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, mengembangkan PLT Panas Bumi dan PLT Air dengan jadwal yang realistis dan program dedieselisasi dengan pembangkit EBT.

Baca Juga: SUN Energy menjajaki proyek panel surya di berbagai universitas

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, saat ini besaran kapasitas terpasang mencapai 63,2 GW. Oleh karenanya, dengan penambahan sekitar 40 GW dalam 10 tahun ke depan, total kapasitas terpasang diproyeksi mencapai hampir 100 GW.

"Penambahan EBT sekitar 16,1 GW atau mendekati 40% terdiri dari PLTA, PLTP dan EBT lainnya," kata Darmawan.

Rida menuturkan, penyusunan RUPTL Perusahaan Listrik Negara (PLN) 2021-2030 bakal segera dipercepat proses penyelesaiannya demi menarik investor di ketenagalistrikan. Saat ini, RUPTL masih membutuhkan beberapa masukan dari Menteri ESDM.

Beberapa pokok permasalahan yang harus disesuaikan dalam RUPTL tersebut adalah target rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2022.

"Intinya draft RUPTL ini masih berproses, masih diskusi, masih mengidentifikasi beberapa. Banyak yang sudah kami sepakati, tapi ada juga yang memerlukan arahan dari pimpinan," jelas Rida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×