Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Selamat Sempurna Tbk mengejar pertumbuhan penjualan neto sebesar 15% dibanding tahun lalu pada tahun 2022 ini. Emiten komponen otomotif berkode saham SMSM itu masih akan menjadikan segmen pasar aftermarket dan segmen pasar ekspor sebagai sasaran penjualan utama dalam mengejar target penjualan tersebut.
Bukan tanpa alasan SMSM meminati segmen-segmen pasar ini. Chief Financial Officer SMSM, Ang Andri Pribadi mengatakan, permintaan di ceruk pasar aftermarket dan pasar ekspor cukup besar.
“Menurut kami permintaan dari pasar replacement/aftermarket lebih besar mengingat replacement/aftermarket berkaitan dengan populasi. Demikian juga untuk pasar ekspor secara size juga lebih besar,” ujar Andri kepada Kontan.co.id (6/9).
Sejalan dengan strategi ini, penjualan ekspor tercatat mendominasi penjualan SMSM di paruh pertama 2022. Berdasarkan laporan keuangan interim perusahaan, penjualan neto SMSM di segmen pasar luar negeri mencapai Rp 1,45 triliun di sepanjang Januari-Juni 2022. Jumlah tersebut setara 63,24% dari total penjualan neto SMSM pada periode tersebut.
Baca Juga: Ada Beban Tambahan dari Efek Harga BBM, PZZA Tetap Lanjutkan Ekspansi Pizza Hut
Sebagian besar penjualan SMSM menyasar segmen pasar aftermarket. Menurut catatan SMSM, saat ini segmen pasar tersebut berkontribusi sekitar 90% dalam total penjualan.
Andri berujar, SMSM bakal melakukan kerjasama dengan distributor baik di domestik maupun ekspor untuk lebih fokus pada pengembangan pasar, memenuhi permintaan secara tepat waktu, dan melakukan efisiensi produksi agar harga produk perusahaan tetap kompetitif.
SMSM sendiri, kata Andri, menyadari bahwa pasar ekspor yang merupakan pasar utama perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi makroekonomi global yang belakangan diliputi oleh konflik Rusia-Ukraina, krisis energi dunia yang memicu inflasi tinggi, serta kekhawatiran peningkatan suku bunga global secara agresif.
Meski begitu, Andri memastikan bahwa SMSM akan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam memperkuat kondisi keuangan dan upaya optimalisasi aset, disiplin dalam pengelolaan biaya, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas, sehingga dapat mengurangi biaya yang ada.
“Tidak ada perubahan yang signifikan dalam strategi bisnis namun lebih pada mempertimbangkan aspek manajemen risiko,” tutur Andri.
Dengan pertumbuhan 15%, penjualan neto SMSM bakal mencapai Rp 4,78 triliun, jika target pertumbuhan tersebut terwujud. Sebagai pembanding, penjualan neto SMSM di tahun 2021 berjumlah Rp 4,16 triliun.
Baca Juga: Metropolitan Land (MTLA) Luncurkan Dua Produk Baru di Metland Cileungsi
Sepanjang Januari-Juni 2022 lalu, SMSM telah membukukan penjualan neto Rp 2,30 triliun, naik 17,03% dibanding realisasi penjualan Januari-Juni 2021 yang sebesar Rp 1,97 triliun. Seturut penjualan neto yang menanjak, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih SMSM naik 20,08% secara tahunan atau year-on-year dari semula Rp 314,30 miliar di Januari-Juni 2021 menjadi Rp 377,43 miliar di Januari-Juni 2022.
Tahun ini, SMSM menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 100 miliar. Hingga akhir Juni 2022, SMSM telah merealisasikan belanja modal Rp 60,8 miliar untuk maintenance capex seperti line-balancing, peremajaan mesin, penambahan mould-die.
Sampai tutup tahun 2022 nanti, rencana alokasi belanja capex SMSM masih serupa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News