kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.874.000   -21.000   -1,11%
  • USD/IDR 16.379   10,00   0,06%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Kelak tak ada antrean di loket lagi


Senin, 29 Februari 2016 / 15:32 WIB
Kelak tak ada antrean di loket lagi


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Hasbi Maulana

Jakarta. Seorang petugas dengan sabar mengarahkan seorang calon penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek yang kebingungan mengoperasikan mesin penjual tiket atau vending machine di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis (18/2) lalu.

Maklum, mesin penjual tiket otomatis yang dinamai Commuter Line Vending Machine (C-VIM) ini baru dipasang di sejumlah stasiun prioritas sebagai inovasi pelayanan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ). Lewat mesin tiket itu, penumpang lebih mudah dan cepat membeli atau mengisi ulang tiket perjalanan kereta mereka. “Masih bingung, sih, karena belum tahu caranya,” aku seorang ibu paruh baya.

Beberapa calon penumpang lainnya hanya melihat-lihat mesin tersebut. Mereka memilih membeli atau mengembalikan tiket secara manual di loket. Dari pantauan KONTAN, sempat terjadi antrean penumpang di depan mesin tiket karena banyak calon penumpang belum familier mengoperasikan mesin pintar ini.

Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek Muhammad Nurul Fadhilah bisa memahami kesulitan calon penumpang saat pertama kali menggunakan mesin tiket. Maklum, mesin ini pun baru pertama kali dioperasikan di Indonesia. Ada rasa khawatir kartu atau uang tertelan akibat transaksi gagal. 

Oleh karena itu KCJ masih menerjunkan petugas-petugas sebagai pendamping penumpang yang ingin menggunakan vending machine. “Awa-awal, wajar kalau masih kesulitan. Tapi cepat juga masyarakat beradaptasi dengan mesin tiket,” ungkapnya.

Di Stasiun Kota, Fadhilah bilang, dari sembilan mesin tiket otomatis yang dipasang, dulu 13 petugas loket dikerahkan untuk memandu penumpang . Kini, hanya tiga petugas yang berjaga-jaga di dekat mesin itu.

C-VIM dilengkapi dua pilihan bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sehingga memudahkan bagi pengguna jasa KRL, baik lokal maupun asing. Pengguna KRL juga tidak perlu khawatir karena tanpa ada nomor PIN yang harus dimasukkan. Selain itu, petugas KCJ siap siaga membantu cara bertransaksi.

Mesin tiket ini dapat melayani seluruh transaksi, mulai dari pengisian ulang saldo kartu multitrip (KMT), pembelian tiket harian berjaminan (THB) yang disertai dengan penentuan stasiun keberangkatan, kedatangan, dan pengembalian kartu THB di stasiun kedatangan. 

Sayang, C-VIM belum bisa melayani isi ulang atau top-up kartu multifungsi dari perbankan, seperti E-money, Flazz, Brizi, dan lainnya.

Loket tiket bakal dihilangkan

KCJ berencana menghilangkan loket yang dijaga petugas kemudian menggantikannya dengan mesin-mesin tiket ini. Bagaimana nasib petugas loket? Fadhilah menjelaskan, tetap dipekerjakan dengan tugas yang lain. Salah satunya, melayani dan mendampingi calon penumpang. 

Sampai akhir tahun nanti, KCJ menargetkan pemasangan sebanyak 150 unit mesin tiket. Hingga akhir Februari ini, setidaknya akan terpasang 50 vending machine. “Saat ini sudah terpasang 33 mesin tiket di beberapa stasiun prioritas,” sebut Fadhilah. 

Beberapa stasiun yang sudah dilengkapi mesin tiket ini antara lain Jakarta Kota dua unit, Pondok Cina dua unit, Sudirman dua unit, Kranji dua unit, Palmerah dua unit, dan Bogor dua unit.

Pengadaan mesin tiket ini dilakukan oleh KCJ dengan merakitnya sendiri. Memang, sebagian komponen masih diimpor, termasuk monitor. Sedangkan komponen lain, terutama rangka, merupakan produk dalam negeri. 

Soal nilai investasi untuk pengadaan vending machine, Fadhilah enggan buka-bukaan. “Masalah internal, ya, jadi enggak bisa sebut. Tapi satu mesin tiket seharga mesin ATM, karena fungsinya mirip,” kilahnya.

Sebelumnya, KCJ juga meluncurkan tiket commuter line dalam bentuk gelang. Harga gelang tersebut Rp 75.000 dengan isi saldo Rp 25.000. Menurut Fadhillah, selisih harga dengan nominal saldo bukan berarti KCJ mendapat banyak keuntungan dari penjualan gelang tersebut. Pengadaan gelang tersebut butuh dana riset dan pengembangan serta biaya material, seperti cip impor dan lainnya.

Nah, gelang yang bertuliskan Commuter ini memiliki fungsi tak berbeda dengan kartu multitrip yang selama ini digunakan oleh penumpang commuter line. Penumpang yang telah memiliki gelang tersebut bisa menempelkan pada gerbang e-ticketing yang ada di tiap stasiun. “Gelang ini lebih ke style saja,” ujar Fadhillah.

Bisa dibilang, C-VIM dan gelang menjadi sejarah dalam sistem pertiketan KRL Commuter Line Jabodetabek. Pengguna setia KRL tentu ingat saat tiket masih berupa secarik kertas. Sekarang, tiket telah digantikan dengan kartu e-ticketing. Dulu calon penumpang harus mengantre di loket, kini sudah bisa dilayani melalui vending machine.

Melalui beragam inovasi ini, KCJ menargetkan, jumlah penumpang mencapai 1,2 juta orang per hari pada 2019. Dengan pertumbuhan rata-rata 15,6% per tahun, jumlah penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek mencapai 255 juta orang per tahun atau 800.000 orang per hari pada tahun lalu. 

Sumber: Tabloid KONTAN edisi 22 Februari 2016

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×