Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC) Mahendra Siregar menekankan, kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling memenuhi kriteria Sustainability Development Goals (SDGs).
Mahendra menjelaskan, melalui kelapa sawit ini tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan bisa dicapai, sawit pun bisa memajukan kesejahteraan sosial serta turut menjaga lingkungan.
Dari sisi pemakaian lahan sawit misalnya. Mahendra menerangkan, kelapa sawit bisa menjadi salah satu solusi atas permintaan minyak nabati yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Ini disebabkan produktivitas kelapa sawit jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain. Pasalnya, produktivitas sawit bisa mencapai 5 hingga 10 kali lebih tinggi dibandingkan produktivitas lain.
Seiring dengan peningkatan populasi, pada 2025 diperkirakan akan membutuhkan 51 juta hingga 52 juta ton tambahan minyak nabati. Menurutnya, bila mengandalkan minyak kedelai, dibutuhkan lahan seluas 98 juta hektare lantaran produktivitas hanya 0,52 ton per hektare.
Bila mengandalkan minyak nabati dari bunga matahari dibutuhkan lahan seluas 72 juta hektare lantaran produktivitasnya sebesar 0,71 juta ton per ha, dan produktivitas rapeseed sebesar 0,99 ton per ha, sehingga lahan yang dibutuhkan sebesar 51,6 juta ha.
Sementara, rata-rata produktivitas minyak kelapa sawit sebesar 3,96 ton per ha sehingga lahan yang dibutuhkan hanya 12,9 juta ha.
“Jadi dalam keterbatasan hamparan tanah yang bisa dipakai untuk pertanian di dunia ini sawit itu penyelamat dari peningkatan permintaan global yang pasti akan terjadi karena peningkatan populasi, permintaan dan daya beli,” tutur Mahendra, Rabu (19/9).
Tak hanya itu, Mahendra pun menyampaikan bahwa sawit adalah tanaman yang masa produktifnya lebih dari 20 tahun dibandingkan tanaman minyak nabati lain yang bersifat musiman.
“Artinya, dari segi penggunaan input seperti pupuk dan lainnya jauh lebih besar untuk tanaman lain. Air juga, karena dilakukan terus menerus. Sementara sawit tidak. Input yang besar itu pun mencemari air,” tambah Mahendra.
Karena produktivitas yang tinggi, harga minyak sawit pun jauh lebih bersaing dibandingkan minyak nabati lain. Sehingga, masalah kelaparan juga gizi khususnya untuk masyarakat berkembang bisa dipenuhi dari sawit.
Kegunaan sawit yang beragam ini pun bisa menggantikan industri berbasis petrokimia. Di mana, bila dibandingkan petrokimia, sawit lebih ramah lingkungan.
Tak hanya itu, kesempatan kerja dan nilai tambah pun akan tumbuh dari industri kelapa sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News