Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
Direktur TOBA, Pandu Patria Sjahrir mengatakan, gencarnya TOBA dalam menggarap proyek PLTU merupakan bagian dari visi perusahaan yang ingin memperbesar porsi pendapatan dari sektor kelistrikan. Untuk saat ini, ia mengaku pendapatan TOBA dari bisnis pembangkit listrik baru sekitar 25%.
“Tahun depan dan selanjutnya kami ingin membuat komposisi pendapatan dari batubara dan pembangkit listrik 50:50. Bahkan, kalau PLTU sudah beroperasi semua, mayoritas pendapatan kami bisa dari pembangkit listrik,” ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (4/12).
Baca Juga: Dapat PMN Rp 5 triliun, PLN akan bangun transmisi dan gardu induk
Ia menambahkan, pemilihan Gorontalo dan Minahasa sebagai lokasi pembangunan 2 PLTU TOBA lantaran potensi bisnis di Indonesia Timur cukup besar. Pemerintah pun sedang gencar membangun proyek infrastruktur dan kawasan ekonomi khusus di wilayah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan kebutuhan akan tenaga listrik.
Lebih jauh, sepanjang tahun ini TOBA sudah mengucurkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 120 juta untuk menyokong proyek PLTU tersebut. Mayoritas dana capex berasal dari kas internal perusahaan, termasuk sebagian pendapatan yang diinvestasikan kembali untuk kebutuhan proyek.
“Tahun depan kemungkinan angka capex-nya akan lebih tinggi lagi. Nanti kami kasih info lagi,” tutur Pandu.
Mengintip materi paparan publik TOBA, nilai proyek PLTU Sulbagut-1 mencapai US$ 224 juta. Adapun PLTU Sulut-3 memiliki nilai proyek sebesar US$ 209 juta.
Baca Juga: PLN dan Hutama Karya paling banyak menerima dana PMN
Pandu menyampaikan, pihaknya akan fokus terlebih dahulu menyelesaikan dua proyek PLTU di Sulawesi. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan TOBA akan menambah proyek pembangkit listriknya di sekitar wilayah operasional perusahaan, yakni mayoritas di Indonesia bagian tengah dan timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News