Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) sedang menggeber sejumlah proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). TOBA ingin bertransformasi menjadi perusahaan energi terintegrasi.
Sebagai informasi, TOBA memiliki proyek PLTU Sulbagut-1 yang terletak di Gorontalo dengan kapasitas 120 MW. Proyek ini dikelola oleh anak usaha TOBA yaitu PT Gorontalo Listrik Perdana. TOBA sudah menandatangani power purchasing agreement (PPA) pada Juli 2016 dan financial close tercapai pada Juli 2017.
Baca Juga: PMK 174/2019, Kemenkeu perjelas aturan perhitungan subsidi listrik
TOBA melalui anak usahanya, PT Minahasa Cahaya Lestari juga menggarap proyek PLTU Sulut-3 di Minahasa dengan proyeksi kapasitas 120 MW. Kontrak PPA untuk PLTU ini sudah tercapai pada April 2017 lalu dan financial close terjadi pada Januari 2018 silam.
Head of Investor Relations TOBA Iwan Sanyoto menyebut, PLTU Sulbagut-1 ditargetkan beroperasi pada kuartal tiga 2020 sedangkan PLTU Sulut-3 akan selesai pada kuartal dua 2021 mendatang. “Saat ini kedua PLTU ini masih dalam tahap konstruksi,” ujar dia saat paparan publik, Rabu (4/12).
Di luar itu, TOBA juga memiliki aset PLTU di Probolinggo, Jawa Timur. Tepatnya melalui kepemilikan sebesar 5% atas saham PT Paiton Energy. Sebelumnya, pemilik 5% saham tersebut adalah PT Batu Hitam Perkasa (BHP). Desember 2018 lalu, TOBA mengakuisisi 100% saham BHP.
Baca Juga: Bikin bingung, Kementerian ESDM malah tunggu usulan PLN soal kenaikan tarif listrik
PLTU Paiton Unit P7/8 dan Unit P3 menggunakan teknologi subcritical dengan total kapasitas 2.045 (MW). Dengan kepemilikan saham 5%, maka kapasitas listrik PLTU Paiton yang menjadi aset TOBA adalah 102,3 MW.
Direktur TOBA, Pandu Patria Sjahrir mengatakan, gencarnya TOBA dalam menggarap proyek PLTU merupakan bagian dari visi perusahaan yang ingin memperbesar porsi pendapatan dari sektor kelistrikan. Untuk saat ini, ia mengaku pendapatan TOBA dari bisnis pembangkit listrik baru sekitar 25%.
“Tahun depan dan selanjutnya kami ingin membuat komposisi pendapatan dari batubara dan pembangkit listrik 50:50. Bahkan, kalau PLTU sudah beroperasi semua, mayoritas pendapatan kami bisa dari pembangkit listrik,” ungkap dia kepada Kontan.co.id, Rabu (4/12).
Baca Juga: Dapat PMN Rp 5 triliun, PLN akan bangun transmisi dan gardu induk
Ia menambahkan, pemilihan Gorontalo dan Minahasa sebagai lokasi pembangunan 2 PLTU TOBA lantaran potensi bisnis di Indonesia Timur cukup besar. Pemerintah pun sedang gencar membangun proyek infrastruktur dan kawasan ekonomi khusus di wilayah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan kebutuhan akan tenaga listrik.
Lebih jauh, sepanjang tahun ini TOBA sudah mengucurkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 120 juta untuk menyokong proyek PLTU tersebut. Mayoritas dana capex berasal dari kas internal perusahaan, termasuk sebagian pendapatan yang diinvestasikan kembali untuk kebutuhan proyek.
“Tahun depan kemungkinan angka capex-nya akan lebih tinggi lagi. Nanti kami kasih info lagi,” tutur Pandu.
Mengintip materi paparan publik TOBA, nilai proyek PLTU Sulbagut-1 mencapai US$ 224 juta. Adapun PLTU Sulut-3 memiliki nilai proyek sebesar US$ 209 juta.
Baca Juga: PLN dan Hutama Karya paling banyak menerima dana PMN
Pandu menyampaikan, pihaknya akan fokus terlebih dahulu menyelesaikan dua proyek PLTU di Sulawesi. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan TOBA akan menambah proyek pembangkit listriknya di sekitar wilayah operasional perusahaan, yakni mayoritas di Indonesia bagian tengah dan timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News