Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Minimnya bahan baku industri petrokimia, Pemerintah mendorong percepatan pembangunan fasilitas pembangunan kilang minyak atau refinery.
Menurut Dirjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto, percepatan ini untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku petrokimia.
Rencananya pembangunan refinery baru ini akan berlokasi di Jawa Timur, Banten dan Jawa Barat. Untuk pembangunan refinery baru ini membutuhkan investasi sebesar US$ 8 miliar. Program yang akan dimulai tahun ini ditargetkan bisa selesai pada 2014.
Awal tahun ini mulai pembangunan kilang di Balongan antara Pertamina dan Kuwait. “Kita akan dorong, terus agar bisa cepat, sehingga kita tidak tergantung dengan bahan baku impor,” kata Panggah.
Industri petrokimia adalah industri strategis yang menjadi tulang punggung industri hilir seperti tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida dan lain-lain.
Menurut catatan Asosiasi Industri Aromatik, Olefin&Plastik Indonesia (INAplas), pada 2010 nilai impor bahan baku seperti naphtha diperkirakan mencapai US$ 1,66 miliar, naik dari US$ 1,02 miliar pada tahun 2009.
Saat ini sejumlah proyek-proyek integrasi kilang minyak dengan industri ini telah dibidik oleh beberapa investor asing dari Kuwait, Iran dan Arab Saudi, dan diharapkan terealisasi melalui kerjasama strategis dengan mitra lokal.
Setelah itu, Indonesia ditargetkan memiliki 3 kilang minyak baru masing-masing berkapasitas 300.000 barel per hari. Kilang minyak ini akan terintegrasi dengan new olefin centre berkapasitas 1 juta ton per tahun dan new aromatic centre 500.000 ton per tahun.
Sekjen INAplas Fajar A.D. Budiyono mengatakan, Indonesia memang membutuhkan 3 kilang minyak baru lagi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk tahap I, kerjasama Pertamina dengan Kuwait di Balongan, diharapkan pada 2011-2012 sudah mulai konstruksi. “Pada tahap II di Tuban dan tahap III di Banten, baik di Tuban dan Banten ini berbarengan,” kata Fajar.
Saat ini, kapasitas terpasang yang telah ada untuk kilang minyak nasional hanya sebesar 1 juta barel per tahun. Adapun kapasitas terpasang olefin yang menghasilkan etilena dan propilena sebagai bahan baku industri plastik sebesar 600.000 ton per tahun.
Sedangkan, kapasitas terpasang aromatik sebesar 750.000 ton per tahun. Kilang aromatik ini memproduksi paraxylene yang menjadi bahan baku industri tekstil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News