Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menegaskan akan melakukan kerja sama operasi (KSO) dengan mitra swasta, dalam negeri ataupun luar negeri, untuk memajukan pabrik gula yang masih merugi.
Direktur Utama RNI (BUMN) Didik Prasetyo mengatakan sudah ada lima calon mitra yang membuka kemungkinan untuk kerja sama dengan pabrik gula yang ada di bawah RNI.
"Beberapa pihak asing yang sudah datang yaitu dari Malaysia, Australia dan India. Khusus dari luar negeri, kami memprioritaskan bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki perwakilan di Indonesia," ujar Didik dalam perbincangan di Jakarta, Kamis (12/5).
Menurut Didik, sampai tahun 2015, perusahaan gula yang terus merugi adalah PT PG Rajawali II yang beroperasi di wilayah Cirebon sekitarnya, Jawa Barat, walau nilainya menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014, kerugian Rajawali II sekitar Rp300-an miliar, sementara pada 2015 menurun menjadi Rp83 miliar. Kerugian itu bersumber dari tiga unit pabrik gula yang ada di bawah kendali Rajawali II, dari lima yang ada, yaitu PG Subang, PG Tersana Baru dan PG Sindang Laut.
Rajawali II sendiri menargetkan nilai kerugian itu terus menyusut dan pada 2016 diproyeksikan kerugian menjadi sekitar Rp75 miliar.
"Target saya paling tidak sampai 2017, pabrik gula di Cirebon tidak rugi lagi," kata Didik.
Dia melanjutkan, kendala utama datang dari PG Tersana Baru dan PG Sendang Laut, yang tanahnya masih berstatus perkebunan tebu rakyat, berbeda dengan PG Subang yang telah memiliki hak guna usaha (HGU).
Oleh karena itu, RNI terus berupaya melakukan sosialiasi dan pembenahan kepada para petani agar dapat menghasilkan tebu yang manis, bersih dan segar dengan rendemen yang tinggi.
"Kalau rendemennya terlalu rendah, harga bisa jatuh dan merugikan petani," tutur Didik, sembari menambahkan hal yang sama dengan pabrik-pabrik gula RNI lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News