Reporter: Vina Elvira | Editor: Noverius Laoli
Meski begitu, MYOR membuat proyeksi kinerja di tahun ini lebih konservatif, setelah melakukan observasi terkait perkembangan kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi baik di kancah internasional maupun domestik.
"Kami melihat ada beberapa perkembangan pandemi Covid-19, seperti di India, Indonesia, dan dari observasi kami di negara-negara lain. Seperti ada lockdown di Philipina. Sehingga, melihat pandemi ini kami cenderung lebih konservatif untuk mengatur seluruh kegiatan perseroan," kata Harry.
Serapan capex
Untuk memuluskan agenda bisnis tahun ini, Mayora Indah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun. Harry menyebutkan untuk belanja modal sudah terserap sekitar Rp 257 miliar hingga April lalu, dari total dana capex 2021.
"Tahun ini kami ada pembangunan pabrik biskuit dan pabrik wafer. Tapi bukan hanya tahun ini. Tahun ini sampai 2023 baru selesai," ujarnya.
Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) raih rating idAA dari Pefindo
Per kuartal I 2021, MYOR mencatat kinerja positif. Mayora Indah mengantongi pendapatan senilai Rp 7,34 triliun atau menguat 36% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 5,38 triliun.
Pertumbuhan pendapatan terutama berasal dari penjualan minuman olahan dalam kemasan yang melesat 65% year-on-year (yoy) menjadi Rp 3,65 triliun dari sebelumnya Rp 2,21 triliun. Penjualan makanan olahan dalam kemasan pun naik 16,81% (yoy) menjadi Rp 3,96 triliun dari sebelumnya Rp 3,39 triliun.
Porsi pendapatan makanan dan minuman Mayora INdah berimbang menjadi 54% dan 46%. Di kuartal pertama tahun lalu, porsi pendapatan makanan dan minuman MYOR masing-masing 63% dan 37% dari total penjualan.
Namun demikian, laba bersih MYOR menyusut 11,65% (yoy) menjadi Rp 822,88 miliar dari sebelumnya Rp 931,39 miliar. n Ekspor Mayora sampai April 2021 tumbuh lebih dari 50%.
Selanjutnya: Ini saham-saham top gainers dalam sepekan pekan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News