Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjamin bahan pokok selama Ramadan hingga Idul Fitri di tengah pandemi Covid19 dalam kondisi aman dan akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menteri Agus memastikan, Kemendag terus bekerja untuk menjaga pasokan sejumlah komoditas agar harga tetap terjangkau, seperti gula, minyak goreng, telur, daging ayam, tepung, bawang putih, hingga bawang merah.
Sejumlah langkah telah dilakukan, melalui regulasi dan deregulasi kebijakan, antara lain menerbitkan Permendag Nomor 27 Tahun 2020, yaitu membebaskan izin impor (Persetujuan Impor dan Laporan Surveyor) untuk impor bawang putih dan bawang bombai.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi Inflasi April 2020 sebesar 0,17%
Pembebasan izin dilakukan sementara sampai 31 Mei 2020 demi menjaga ketersediaan pasokan bawang putih dan bawang Bombay yang berasal dari impor selama kondisi darurat COVID-19 dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2020.
Kemudian, menerbitkan Persetujuan Impor gula konsumsi, realokasi stok gula industri, menerbitkan Persetujuan Impor gula Kristal putih, dan realokasi stok gula rafinasi, untuk menjaga ketersediaan gula di pasar.
Selain itu untuk memenuhi permintaan gula pasir, pemerintah meminta pabrik gula dalam negeri mengolah gula kristal mentah menjadi gula kristal putih (GKP), mengimpor GKP dengan penugasan BUMN, dan realokasi stok gula rafinasi untuk diolah menjadi gula konsumsi.
Agus menjelaskan, sebagai tindak lanjut rapat koordinasi terbatas (Rakortas) bersama Presiden Jokowi pada September dan Desember 2019 lalu yang mengamanatkan perlu dilakukan impor sebesar 495.000 ton gula kristal putih atau setara 521.000 ton gula mentah.
Kementerian Perdagangan telah menerbitkan 15 Persetujuan Impor (PI) sebesar 520.802 ton gula. Hingga tanggal 9 April 2020, telah terealisasi sebesar 422.052 ton atau 81,04%.
Baca Juga: Masih ada tiga pasokan komoditi impor yang masih belum aman
Kemendag juga menerbitkan 6 Persetujuan Impor produk raw sugar sebanyak 265.800 ton untuk periode pemasukan sampai Juni 2020 dan sebesar 135.640 ton masih dalam proses penerbitan. Saat ini terdapat sisa 43.650 ton yang dapat diajukan untuk permohonan izin impor baru.
“Upaya memenuhi kebutuhan gula juga dilakukan dengan realokasi stok gula industri rafinasi sebesar 250.000 ton menjadi gula konsumsi, sesuai risalah Rakortas 20 Maret 2020 dan telah mendapatkan persetujuan Presiden RI,” ujar Mendag dalam keterangannya, Senin (27/4).
Dengan tersedianya stok gula di pasar, harga gula dapat dipastikan turun dan mencapai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp.12.500 per kilogram.
Di sisi lain, Mendag juga memastikan akan menindak penimbun pangan dengan melakukan pengawasan distribusi komoditas gula dan alkes yang beredar di pasaran. Misalnya, melakukan pemantauan langsung ke pabrik pengolahan gula dan pemantauan harga langsung ke importir, distributor, serta beberapa lokasi penjualan alat kesehatan di wilayah DKI Jakarta.
Kemendag pun sudah mengundang importir, distributor dan supplier masker alkes guna membahas ketersediaan stok dan stabilisasi harga masker di tingkat distributor dan pengecer dan menghimbau kepada seluruh pihak agar lebih peka dan bertanggung jawab dalam menjual masker alkes dengan mempertimbangkan kondisi terkait mewabahnya virus corona.
Kemendag juga minta dinas yang membidangi perdagangan di 34 ibu kota provinsi untuk memantau dan memastikan tidak ada pelaku usaha yang mengambil keuntungan sepihak/penimbunan barang kebutuhan pokok yang dapat merugikan semua pihak, bekerja sama dengan Satgas Pangan.
Kemudian, memantau ketersediaanya sampai di tingkat distributor di wilayah masing- masing untuk memastikan bahwa distribusi dari impor kedua komoditas tersebut sudah merata dan dapat mengisi kebutuhan pasar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Ini strategi Kemendag untuk jaga stabilitas harga pangan saat Ramadan
Juga, melaporkan kepada Kementerian Perdagangan secara intensif perkembangan harga harian barang kebutuhan pokok secara daring untuk memonitor perkembangan harga.
“Kami terus melakukan pengawasan terhadap para importir barang kebutuhan pokok dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Satgas Pangan,” tegas Agus.
Kemendag pun berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Bulog, untuk bersama-sama mengecek harga dan pasokan dan stabilisasi harga beras, gula pasir, serta daging beku.
Mendag menegaskan, agar distribusi pangan tetap lancar, Kemendag terus berupaya menjaga kelancaran rantai pasokan makanan dalam negeri, sekaligus mendorong agar industri pangan dalam negeri dapat menjadi pemasok juga dalam rantai pangan dunia .
Dengan begitu, ekonomi di dalam negeri diharapkan tetap tumbuh meski terimbas Covid19.
“Kami tetap optimis di tengah situasi ini. IMF dalam outlook-nya pada edisi April 2020 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya 0,5 %. Angka tersebut tentunya diharapkan membuat optimisme kita meningkat karena sedikit lebih baik dari proyeksi pemerintah yang disampaikan sebelumnya sebesar minus 0,4 %,” ucap Agus.
Baca Juga: Kemendag akan mengevaluasi usulan kenaikan harga eceran tertinggi gula
Ia menambahkan, neraca perdagangan yang masih surplus dapat diartikan ada sektor nonmigas yang tetap bertahan di tengah kondisi saat ini. Kenaikan ekspor nonmigas dari Februari ke Maret terjadi meskipun harga rata-rata produk ekspor nonmigas turun. Ini artinya kenaikan nilai ekspornya karena kuantitas/volume ekspor, bukan karena harga atau nilai tukar
Ia menambahkan, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Maret 2020 mencapai US$41,79 miliar atau meningkat 2,91 % dibanding periode yang sama tahun 2019.
Sedangkan impor Indonesia Januari—Maret 2020 hanya US$ 39,17 miliar yang membuat pada kuartal I ini kita mengalami surplus US$ 2,62 miliar. Sementara ekspor nonmigas Januari—Maret 2020 juga tercatat cukup baik, yaitu mencapai US$39,49 miliar atau meningkat 6,39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News