kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemendag sebut gula jadi salah satu penyumbang defisit perdagangan


Selasa, 24 November 2020 / 22:24 WIB
Kemendag sebut gula jadi salah satu penyumbang defisit perdagangan
ILUSTRASI. Gula impor


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut gula menjadi salah satu komoditas yang menyumbang defisit perdagangan nasional lantaran kebijakan impor gula yang dilakukan selama ini.

"Gula ternyata mempunyai andil sebagai penyumbang defisit perdagangan nasional," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Didi Sumedi dalam National Sugar Summit 2020, Selasa (24/11).

Menurut Didi, bila melihat neraca perdagangan khusus komoditas gula pada periode Januari-Oktober 2020, komoditas ini menyumbang defisit senilai US$ 1,87 miliar, di mana angka ini lebih buruk dibandingkan Januari-Oktober 2019 yang defisitnya sebesar US$ 1,18 miliar.

"Bahkan di Januari-September 2020, defisit kita dari sisi nilai sekitar US$ 1,6 miliar dolar. Ini defisit yang cukup besar, dari sisi neraca perdagangan khusus gula," jelas Didi.

Baca Juga: Kementan targetkan Indonesia swasembada gula konsumsi di 2023

Didi pun menjelaskan perkembangan nilai dan volume impor terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kemendag, laju pertumbuhan volume impor gula selama tahun 2015-2019 sebesar 4,5% per tahunnya, sementara rata-rata pertumbuhan nilai impor berkisar 0,2% per tahun.

Pada Januari-September 2020, nilai impor gula naik 63,8% year on year dari sekitar US$ 1 miliar menjadi US$ 1,7 miliar. Peningkatan tersebut pun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume impor yang naik 58% year on year.

Kemendag mencatat, sebagian besar impor gula pun berupa gula kristal mentah (raw sugar). Bila dirinci berdasarkan kelompok, volume impor gula kristal mentah pada Januari-September 2020 sebesar 4,64 juta ton, gula kristal rafinasi sekitar 100.000 ton, gula kristal putih sebesar 140.000 ton.

Didi berharap, tren impor gula bisa semakin menurun dengan adanya perbaikan produksi gula nasional. Adanya pertumbuhan yang baik di sisi industri gula tanah air pun diharapkan dapat membuat neraca perdagangan terus membaik.

"Saya kira kita tidak ingin mengharapkan [impor] terus-menerus seperti ini [meningkat]. Tentu perbaikan dari sisi supply akan lebih baik di masa depan, sehingga tren ini bisa kita turunkan volume impornya. Syukur-syukur bisa mendekati nol," kata Didi.

Sementara itu, berdasarkan data Kementan, saat ini total kebutuhan gula konsumsi dan industri sebesar 5,8 juta ton. Produksi dari dalam negeri sekitar 2,18 juta ton, sehingga masih terdapat defisit gula sebesar 3,62 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×