kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Kemenperin Beberkan Strategi Penguatan Industri Minuman Ringan Nasional


Kamis, 14 Maret 2024 / 11:26 WIB
Kemenperin Beberkan Strategi Penguatan Industri Minuman Ringan Nasional
ILUSTRASI. Warga melintas di samping rak berisi minuman berpemanis di salah satu toko retail, Jakarta, Kamis (14/12/2023). Hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan 58 persen dari 800 responden mendukung wacana pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) untuk mengontrol pola konsumsi dan mencegah prevalensi diabetes pada anak yang meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010. ANTARA FOTO/Cahya Sari/sgd/foc.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan berupaya terus mendukung kemajuan industri minuman ringan nasional yang notabene masih rentan terhadap berbagai tekanan.

Seperti yang diketahui, Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) menyebut, secara umum volume penjualan minuman ringan nasional berada di kisaran 7 miliar sampai 8 miliar liter per tahun.

Kondisi berbeda terjadi pada 2020 yang bertepatan dengan pandemi Covid-19, di mana penjualan minuman ringan nasional anjlok ke level 6,68 miliar liter.

Baca Juga: Lonjakan Harga Pangan di Bulan Ramadan Dikhawatirkan Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Khusus tahun 2023, volume penjualan minuman ringan nasional tumbuh 3,1% year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya.

Penjualan minuman ringan didominasi oleh kategori air minum dalam kemasan (AMDK). Jika kategori tersebut dihilangkan, maka penjualan minuman ringan nasional justru turun 2,6% YoY pada 2023.

ASRIM juga menyebut, kinerja industri minuman ringan nasional sebenarnya cenderung stagnan.

Ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan penjualan minuman ringan nasional dalam tiga tahun terakhir atau compounded annual growth rate (CAGR) yang berada di level 0% atau tidak ada pertumbuhan.

Baca Juga: Kinerja Industri Minuman Ringan Masih Berat

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian Merrijantij Punguan Pintaria menyampaikan, industri minuman ringan yang tergabung dalam kelompok industri makanan-minuman jelas memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional.

Namun, kinerja industri ini cukup sensitif dengan perubahan harga jual produk dan daya beli masyarakat. Maklum, minuman ringan bukanlah bagian dari kebutuhan primer masyarakat.

Lantas, selain memperhatikan kondisi daya beli masyarakat, pemerintah juga berusaha supaya biaya produksi industri minuman ringan dapat ditekan seminimum mungkin.

“Kami upayakan koordinasi dengan berbagai kementerian/lembaga agar bahan baku minuman ringan di dalam negeri tersedia dengan harga lebih terjangkau,” kata Merri dalam konferensi pers, Rabu (14/3).

Baca Juga: Mengintip Prospek Pertumbuhan Ekonomi pada Kuartal I Saat Daya Beli Tertekan

Lebih jauh, Kemenperin telah memiliki sejumlah program pengembangan industri minuman ringan.

Di antaranya adalah restrukturisasi mesin peralatan, penyediaan fasilitas fiskal, peningkatan kemampuan ekspor, peningkatan sertifikasi TKDN untuk industri dalam negeri, peningkatan implementasi industri hijau, hingga peningkatan implementasi industry 4.0.

"Kami juga mengupayakan penerapan harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk industri makanan-minuman, termasuk industri minuman ringan, untuk perbaikan cost structure," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×