kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin dorong penerapan inovasi pencegahan pencemaran oleh industri


Rabu, 18 November 2020 / 13:33 WIB
Kemenperin dorong penerapan inovasi pencegahan pencemaran oleh industri
ILUSTRASI. Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahadi


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan kemampuan dan daya saing industri dalam negeri disebut jadi salah satu kunci menuju pemulihan ekonomi di era pandemi saat ini. Selain memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional dan penyerapan tenaga kerja, sektor industri punya konsekuensi terhadap lingkungan, untuk itu perlu adanya penguasaan teknologi dan manajemen penanggulangan pencemaran industri.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong implementasi standard sustainability yang dapat dicapai dengan penerapan industri hijau. Industri hijau mengedepankan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan memberi manfaat bagi masyarakat.

Guna menjawab tantangan tersebut, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, menyampaikan bahwa seluruh Satuan Kerja di bawah BPPI harus aktif mengembangkan inovasi teknologi dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan industri maupun meningkatkan daya saing.

Baca Juga: Begini evaluasi menteri agama tentang penyelenggaraan umrah di tengah pandemi

"Satuan kerja di bawah lingkungan BPPI harus cepat berinovasi dan berkontribusi untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan industri, khususnya dalam meningkatkan daya saing serta mendukung kebijakan pengembangan industri berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan penerapan konsep industri hijau yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,” kata Doddy dalam keterangannya, Rabu (18/11).

Ia juga telah menghimbau satuan kerja BPPI aktif berperan dalam penyelesaian berbagai permasalahan industri di daerah. Khusus terkait dengan permasalahan lingkungan yang dihadapi industri, dimana salah satunya adalah pencemaran udara. Permasalahan ini sedang dihadapi oleh PT Sidoagung Farm (SAF) yang berlokasi di Kabupaten Magelang.

SAF adalah perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak dan merupakan salah satu PMDN di tengah banyaknya PMA di bidang industri pakan ternak.  “PT Sidoagung Farm memiliki kapasitas produksi 300.000 ton per tahun, mampu mensuplai ketersediaan pakan bagi ayam broiler sejumlah 2,5 juta ekor per bulan, dan akan menghasilkan 4.250 ton daging per bulan. Kami juga mensuplai kebutuhan pakan untuk 7 juta ayam petelur per bulan, dimana menghasilkan 11,156 ton telur per bulan,” jelas Asrokh Nawawi, Direktur Sidoagung Farm.

Terkait permasalahan yang dihadapi PT. SAF, Asrokh menyampaikan kondisi dan status yang dihadapi perusahaannya. “Saat ini kami sedang dalam tahap commisioning, dimana dalam prosesnya menghadapi satu kendala, yaitu ada protes dari lingkungan masyarakat sekitar yang mengeluhkan pencemaran udara dan debu. Pada awalnya SAF mencoba mengatasi sendiri, tetapi dalam perjalanannya mengalami kegagalan. Kemudian kami berkonsultasi ke BBTPPI Semarang, selanjutnya ditindaklanjuti dengan dilakukan survei, dianalisa, serta dibuatkan desain dan peralatannya,” tambah Asrokh.

Baca Juga: Penyerapan anggaran PEN masih rendah, Menkeu sampaikan evaluasi pelaksanaan

Sebelumnya PT. SAF menggunakan wet scrubber tetapi mengalami masalah dan tidak efektif. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan BBTPPI dapat berhasil dengan menggunakan inovasi teknologi dry filter. SAF memiliki 2 (dua) cerobong setinggi 68 meter, dimana dry filter tersebut berfungsi untuk menyaring udara dan uap yang keluar dari mesin press pakan ternak.

Parameter dominan yang keluar sehingga menimbulkan kebauan antara lain H2S (Hidrogen sulfida), NH3 (Amoniak), kadar air, dan partikulat. Parameter tersebut jika terpapar oleh manusia dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama gangguan ISPA. Emisi kebauan ini tidak dapat dihindarkan, tetapi bisa dikendalikan dengan alat pengendali emisi. 

Asrokh menambahkan, bahwa perusahaannya sempat berhenti beroperasi karena ada surat pemberhentian sementara dari Bupati Magelang. “Saat ini SAF telah beroperasi kembali karena sudah memenuhi semua hal-hal yang mungkin menjadi hambatan kami sebelumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada BBTPPI atas bantuan dan dukungannya,” tambahnya.

Selanjutnya: Kemendagri optimistis target 77,5% pemilih di Pilkada 2020 tercapai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×