Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor industri merupakan salah satu penyumbang utama emisi, oleh karena itu, kebijakan transisi energi di Indonesia harus difokuskan pada penggunaan sumber energi dan teknologi rendah karbon untuk mengurangi emisi industri.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah berupaya mendorong transformasi ekonomi linier menjadi ekonomi sirkular di sektor manufaktur. Upaya ini melibatkan pelestarian sumber daya, regenerasi bahan baku, dan pemanfaatan potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan.
Salah satu langkah penting adalah memanfaatkan sisa konsumsi bahan baku industri.
Baca Juga: Hannover Messe 2024: PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa pemerintah melihat residu sebagai peluang, bukan gangguan.
"Fokus utama adalah mengurangi kesenjangan antara kapasitas industri daur ulang dan sampah plastik daur ulang," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (25/4).
Dalam mendukung transisi menuju industri yang lebih berkelanjutan, Indonesia mengambil langkah strategis dengan menerapkan kebijakan yang memprioritaskan sumber energi dan teknologi rendah karbon. Hal ini dibahas dalam Business Forum "Forging Smart & Sustainable Industry" di Hannover Messe 2024.
Forum tersebut adalah hasil kolaborasi antara Kementerian Perindustrian dan Energy Academy Indonesia (ECADIN), dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan industri, pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum.
CEO & Founder ECADIN, Desti Alkano, menambahkan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dengan mempercepat transisi energi dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui advokasi dan menghubungkan keahlian, pengetahuan, aktivitas bisnis, serta sarana pendanaan.
Baca Juga: Kemenperin Gandeng Dekranas Pacu Perajin Tenun di Kota Ambon
Kolaborasi antara sektor publik dan swasta penting untuk mendorong transisi menuju pembangunan industri yang berkelanjutan. Pemerintah berperan dalam menciptakan lingkungan kebijakan yang kondusif dan memberikan insentif untuk investasi berkelanjutan, sementara dunia usaha mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam model bisnis mereka.
Pada acara pembukaan Paviliun Indonesia di Hannover Messe 2024, disaksikan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Menteri Perindustrian. Kesepakatan investasi di sektor daur ulang limbah untuk kawasan industri di Kepulauan Riau senilai lebih dari Rp5 triliun merupakan salah satu contoh kerja sama yang ditandatangani.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa pemerintah sedang menyiapkan peta jalan net zero emisi Indonesia tahun 2060 dengan target pengurangan emisi mencapai hampir 129.000 juta ton CO2 pada tahun 2060.
Baca Juga: Kemenperin Siapkan Antisipasi Dampak Situasi Geopolitik Dunia Bagi Sektor Industri
Duta Besar Indonesia untuk Republik Jerman, Arif Havas Oegroseno, menegaskan bahwa Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam upaya mengurangi emisi karbon sebagai negara kaya sumber daya alam. Kolaborasi dengan Jerman dalam mengatasi perubahan iklim sangat penting, termasuk dalam mewujudkan industri hijau.
Para pembicara dan panelis terkemuka dalam industri dan keberlanjutan memberikan wawasan tentang teknologi terbaru, kebijakan, dan praktik terbaik dalam lima tema diskusi, membantu industri mencapai target emisi rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News