Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pembahasan seputar pendanaan transisi energi melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) sudah hampir tuntas.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menjelaskan, pembahasan kini mengerucut pada alokasi dana US$ 20 miliar.
"Kita sekarang bicara implementasi itu dipakai untuk apa, dalam bentuk apa. Mana yang sifatnya loan, grant dan mana yang tehincal assistance. Kita sudah di ujung untuk finalisasi hal tersebut," ungkap Dadan dalam Economic Outlook 2023, Selasa (14/2).
Asal tahu saja, melalui skema pendanaan transisi energi tersebut, Indonesia bersama beberapa mitra bakal memobilisasi dana US$ 20 miliar dalam waktu 3-5 tahun ke depan untuk mendukung transisi energi bersih.
Baca Juga: Pakai Dana JETP, Pemerintah Tawarkan Industri Smelter Beralih ke Pembangkit EBT
Dadan mengungkapkan, selain untuk mendorong percepatan pensiun pembangkit batubara, pemerintah membuka opsi mendorong penggunaan dana tersebut untuk peralihan proyek pembangkit pada industri smelter agar beralih menggunakan energi bersih.
Dadan menjelaskan, ada tiga syarat yang akan diutamakan dalam pergantian pembangkit ini. Ketiga syarat tersebut antara lain, pembangkit energi bersih yang ditawarkan memiliki kehandalan yang sama atau lebih baik, keekonomiannya sama serta waktu pelaksanaan proyek pembangkit sesuai dengan proyek smelter yang tengah dibangun.
Baca Juga: JETP Tetap Membuka Celah Berkembangnya Pembangkit Batubara
Ketika dikonfirmasi lebih lanjut, Dadan menegaskan pemerintah sudah memiliki daftar pembangkit yan bisa ditawarkan untuk beralih menggunakan skema ini. Meski demikian, Dadan belum bisa membeberkan lebih jauh detail proyek-proyek tersebut.
"Tapi yang jelas banyak potensinya di situ," tegas Dadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News