Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - MINAHASA. Sebagai salah satu negara dengan potensi agribisnis yang besar, Indonesia terus berbenah dalam mengembangan industri agribisnis. Kali ini kelapa menjadi salah satu komoditas yang tengah digenjot. Kementerian Perindustrian melalui Ditjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) baru saja melaksanakan program pengembangan IKM Kelapa Terpadu di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Program pengembangan seperti ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa melalui diversifikasi produk olahan kelapa maupun pengolahan produk sampingannya. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku agribisnis kelapa mulai dari sektor hulu sampai dengan hilir. Berdasarkan data Asian and Pacific Coconut Community tahun 2018 setidaknya terdapat 5,09 juta petani terlibat dalam agribisnis kelapa.
Menurut data BPS tahun 2016, kelapa menempati areal seluas 3,57 juta ha atau 15,63% dari 22,82 juta ha total areal perkebunan di Indonesia, dengan total produksi tanaman kelapa sebesar 2,89 juta ton per tahun. Kelapa bahkan menjadi tanaman perkebunan dengan areal terluas kedua setelah kelapa sawit di Indonesia.
Oleh sebab itu Kabupaten Minahasa Selatan menjadi daerah yang mendapatkan program pengembangan tersebut. Dirjen IKMA Gati Wibawaningsih menilai Kabupaten Minahasa Selatan punya potensi yang menjanjikan.
“Kabupaten Minahasa Selatan punya potensi industri kelapa yang sangat besar dengan jumlah pengolahan IKM yang cukup banyak. Beberapa produk yang dihasilkan ialah kopra, kayu kelapa, sabut kelapa, minyak kelapa dan arang aktif yang diproduksi oleh kelompok kecil skala rumah tangga di setiap kecamatan,” ungkapnya dalam pembukaan pelaksanaan kegiatan pengembangan IKM Kelapa Terpadu di Minahasa Selatan, Selasa (26/2).
Kegiatan Pengembangan IKM Kelapa Terpadu di Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari tiga jenis kegiatan utama yaitu fasilitasi penumbuhan wirausaha baru industri kecil pengolahan produk olahan kelapa (minyak kelapa), pengembangan sentra industri kecil arang tempurung kelapa, dan peningkatan kemampuan IKM permesinan Teknologi Tepat Guna (TTG) pendukung pengolahan kelapa.
Gati menegaskan bahwa Kemperin akan selalu terus mendorong tumbuh dan berkembangnya IKM produk olahan turunan kelapa yang akan meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis kelapa. Program ini merupakan salah satu tindak lanjut dari Kementerian Perindustrian yang tengah berupaya meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri melalui program hilirisasi industri berbasis sumber daya alam.
Gati mengungkapkan bahwa produk turunan kelapa sudah memberikan kontribusi nilai ekspor yang lebih besar jika dibandingkan dengan ekspor buah kelapa utuh. “Berdasarkan data BPS tahun 2017, nilai ekspor buah kelapa sebesar US$ 121,9 juta sedangkan nilai ekspor produk turunan kelapa sebesar US$ 1,205 miliar yang terdiri dari coco fibre, copra, desicated coconut, coconut cream, coconut sheel, charcoal dan coconut activate carbon.” tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News