Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia mulai menunjukkan tren penguatan setelah sempat melemah dalam beberapa pekan terakhir. Harga minyak Brent kini menembus level di atas US$ 66 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) mendekati US$ 62 per barel. Sepanjang pekan lalu, harga minyak Brent tercatat melonjak hampir 8%, didorong oleh kemajuan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.
Namun, kenaikan harga minyak tersebut belum cukup kuat untuk mendorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri dalam waktu dekat.
Direktur Utama PT Petrogas Jatim Utama Cendana (PJUC) Hadi Ismoyo mengatakan, penguatan harga minyak kali ini bersifat sementara dan tidak mencerminkan perubahan fundamental yang signifikan di pasar energi global.
Baca Juga: Tambahan Kuota Impor BBM SPBU Swasta Berpotensi Tetap 10% di Tahun 2026
“Saya percaya memang ada kenaikan, namun tidak signifikan. Tren ke depan naik turun di sekitar rata-rata Brent di US$ 65 per barel. Event kecil seperti sekarang hanya sedikit membantu harga naik dan biasanya hanya terjadi peak sementara,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (29/10/2025).
Menurut Hadi, faktor utama yang mampu mendorong harga minyak naik secara berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi global. “Saat ini ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja,” tambahnya.
Pandangan serupa disampaikan Founder & Advisor ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto. Dia menilai pergerakan harga minyak yang terjadi saat ini masih sesuai dengan kisaran fundamental pasar tahun 2025.
“Itu sebenarnya masih dalam range yang sesuai faktor fundamental pasar minyak global 2025. Cenderung hanya merupakan koreksi atas penurunan yang terlalu dalam beberapa pekan sebelumnya,” kata Pri Agung kepada Kontan, Rabu (29/10/2025).
Baca Juga: Kapal BBM Segera Tiba, ESDM Pastikan Pasokan SPBU Swasta Pulih Akhir Oktober 2025
Dia memperkirakan harga minyak tahun ini akan bergerak di kisaran US$ 65–US$ 70 per barel, seiring keseimbangan antara suplai dan permintaan global. Dari sisi suplai, pasar masih cenderung berlebih dan sangat bergantung pada kebijakan OPEC+ dalam mengatur produksi. Sementara di sisi permintaan, ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang AS–Cina serta kebijakan perdagangan negara besar masih menjadi faktor penekan.
“Tanpa ada kejadian luar biasa, harga tidak akan terus-terusan menanjak karena faktor fundamentalnya memang belum mendukung,” ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, ruang untuk penyesuaian harga BBM di dalam negeri dinilai masih terbatas. Pemerintah biasanya meninjau harga BBM setiap bulan dengan mempertimbangkan rata-rata harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Selanjutnya: Lewat ID. BUZZ, Volkswagen Mantapkan Langkah di Pasar EV Premium Indonesia
Menarik Dibaca: Promo Indomaret Harga Spesial sampai 3 November 2025, Samyang-Listerine Diskon 20%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













