Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) mengakui telah menyerap seluruh dana segar hasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang senilai Rp 93 miliar. Dana ini sebagian digunakan untuk mengerek kapasitas pabrik pupuk NPK yang saat ini sudah beroperasi penuh.
Sebagai informasi, SAMF menggunakan sekitar 49,78% dari hasil IPO atau menurut perhitungan Kontan setara dengan Rp 46,29 miliar, digunakan untuk belanja modal entitas Anak. Rinciannya 23,49% untuk PT Anugerah Pupuk Lestari dan 26,29% untuk PT Anugerah Pupuk Makmur. Belanja modal meliputi pembelian mesin produksi, mesin penunjang termasuk instalasi dan pembangunan serta pemeliharaan fasilitas penunjang.
Sekretaris Perusahaan Saraswanti Anugerah Makmur, Dadang Suryanto menjelaskan saat ini dana hasil IPO sudah terserap seluruhnya di 2020, baik yang untuk investasi maupun modal kerja. "Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa untuk investasi penambahan kapasitas, saat ini mesin sudah beroperasi secara penuh," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/1).
Dadang menjelaskan semenjak Kuartal III 2020, SAMF telah melakukan penambahan mesin baru yang membantu meningkatkan kapasitas produksi dari 440.000 ton/tahun menjadi 600.000 ton/tahun. "Jadi tambahan kapasitas tersebut belum beroperasi full year di 2020, sehingga utilisasi total pabrik seluruhnya masih di angka 69%," kata Dadang.
Baca Juga: SAMF: Prospek pasar pupuk di Indonesia masih memiliki potensi tumbuh
Aksi mengerek kapasitas produksi ini karena SAMF melihat prospek bisnis pupuk NPK nonsubsidi yang cerah di tahun ini. Dadang menjelaskan prospek pasar pupuk di Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi mengingat luasnya perkebunan di Indonesia dan saat ini masih ada gap yang cukup besar antara kebutuhan pupuk NPK non-subsidi dengan penggunaan/aplikasi pupuk NPK non-subsidi.
Melansir prospektus SAMF, manajemen Saraswanti menjelaskan saat ini luas perkebunan (kelapa sawit, karet, kakao, tebu, teh dan tembakau) mencapai 21,4 juta ha dengan rerata pertumbuhan di kisaran 3,85% per tahun. Dengan luas areal perkebunan tersebut, diperkirakan potensi kebutuhan pupuk (NPK dan Urea) mencapai 15 juta ton setiap tahunnya. Atas dasar tersebut, diperkirakan proyeksi pasar pupuk non subsidi nasional untuk beberapa tahun mendatang masih cukup menjanjikan.
Lantas, setelah kapasitas produksi bertambah, Dadang mengungkapkan SAMF juga akan memperdalam pasar dengan fokus menggarap pasar di Sumatera dan Kalimantan karena dinilai pasarnya masih bagus.
Kendati sudah melihat peluang di tahun ini, Dadang mengakui SAMF masih harus menghadapi tantangan di industri pupuk yakni pengadaan kontainer. Dadang mengungkapkan pengadaan bahan baku yang sebagian masih tergantung pada supplier dari luar negeri kena imbas pandemi. Di tengah kondisi Covid-19, proses pengadaan kontainer dan transportasi bahan baku dari negara-negara pengimpor terganggu.
"Ada sejumlah langkah yang dilakukan SAMF di tengah pandemi, yakni bersikap lebih konservatif dan selalu mempertimbangkan aspek manajemen risiko, memperkuat posisi keuangan, peningkatan efisiensi dan efektivitas operasional, dan membuka pasar baru yang potensial," kata Dadang.
Selanjutnya: Bisnis pupuk non-subisidi menarik, Saraswanti Anugerah (SAMF) kerek kapasitas pabrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News