Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Lokasi pemberhentian terakhir kereta api cepat di Stasiun Gedebage, Bandung-Jawa Barat akan menguntungkan proyek kawasan terpadu Summarecon Bandung milik PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Pasalnya, kehadiran transportasi massal akan menyedot perhatian konsumen atau investor untuk memiliki properti di kawasan tersebut.
Alasan itu membuat SMRA segera meluncurkan proyek ini di akhir Summarecon Bandung menjelang akhir tahun ini. "Kami akan meluncurkan Summarecon Bandung pada Sabtu 21 November 2015," kata Michael Young, Sekretaris Perusahaan PT SUmmarecon Agung Tbk, Rabu (18/11). Sebelumnya, peluncuran proyek ini sempat tarik ulur karena proses perizinan.
Tahap awal, perusahaan akan memasarkan perumahan dua klaster yakni klaster Amanda dengan luas tanah mulai dari 7x16 meter persegi (m2) dan klaster Btari dengan luas tanah mulai dari 9x19 m2. Kedua klaster ini akan terbangun di atas lahan seluas 8 hektar (ha) atau 2,66% terhadap lahan seluas 300 ha di Summarecon Bandung.
"Kami menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp 300 miliar untuk pembangunan perumahan ini," tambah Michael.
Rencananya, Summarecon Agung akan membangun 300 unit rumah untuk masing-masing kalster dengan kisaran harga antara Rp 1 miliar-Rp 2 miliar per unit. Target penjualan rumah di tahap awal ini adalah sebesar Rp 500 miliar.
Adapun, pengembangan perumahan di kota kembang ini akan terdiri dari 10 klaster dengan targetk pembangunan 3.000 unit rumah. Selain perumahan, pengembang dengan aset Rp 17 triliun ini akan mengembangkan kawasan komersial seperti pembangunan SUmmarecon Mal Bandung, office tower Plaza Summarecon Bandung dan fungsi komersial lainnya.
SMRA optimistis proyek ini bakal laris manis karena lokasi Summarecon Bandung cukup strategis yakni di Bandung Timur. Wilayah ini memiliki akses jalan tol ke ruas jalan tol Cipularang maupun Soekarno-Hatta, Bandung. Dan berbagai rencana moda transportasi umum di dalam stasiun terpadu seperti kereta api, monorail, dan bus.
Harapannya, proyek yang sudah diimpikan oleh Summarecon Agung ini akan menggerek kinerja akhir tahun. Michael bilang, pihaknya menargetkan pra penjualan atau sales marketing sebesar Rp 4,5 triliun pada akhir tahun 2015, dari target awal sebesar Rp 5,5 triliun. "Ya (ini akan membantu kinerja akhir tahun)," ucapnya.
Namun, ia belum dapat membeberkan hasil kinerja kuartal III-2015 Summarecon Agung, karena sedang proses penelaahan terbatas atau limited review oleh Akuntan Publik. Perusahaan berjanji, paling tidak hasil kinerja kuartal III akan keluar dua bulan setelah 30 September 2015.
Informasi saja, SMRA mencatat pendapatan sebesar Rp 2,59 triliun per semester I-2015 atau tumbuh 24% dibandingkan posisi Rp 2,09 triliun per semester I-2014. Sayangnya, pendapatan tinggi ini diiringi dengan kenaikan beban penjualan dan beban langsung sebesar Rp 1,20 triliun per semester I-2015 atau naik 18% dibandingkan Rp 1,019 triliun per semester I-2014.
Rinciannya, beban penjualan sebesar Rp 121,77 miliar, beban umum dan administrasi Rp 442,56 miliar, beban operasional Rp 141,78 miliar, dan beban operasional lainnya Rp 1,31 miliar. Akibatnya, laba usaha hanya tumbuh 5,17% menjadi Rp 691,61 miliar per semester I-2015 dibandingkan posisi Rp 657,37 miliar per semester I-2014. Dan laba periode berjalan turun 14,77% menjadi Rp 525,12 miliar per semester I-2015, dibandingkan Rp 616,26 miliar per semester I/2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News