Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perikanan Indonesia (PT Perindo) terus memperkuat jaringannya. Langkah terbaru, menandatangani nota kesepahaman dengan enam perusahaan China pada acara prestisius World Seafood Shanghai 2023.
Acara internasionali Shanghai New International Expo Centre ini, menjadi titik temu bagi 1.400 peserta dari 36 negara. Di antara peserta tersebut, PT Perindo menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar Tiongkok, seperti Shanggang-Edi China Trading Co. Ltd. dan Shanghai Seafirst Co., Ltd. untuk perdagangan ikan.
Sejumlah kesepakatan yang mencapai angka miliaran rupiah per bulan. Seperti MoU dengan Shanggang Edi-China Trading Co., Ltd. untuk menyuplai udang vaname seberat 108 ton ton atau 4 kontainer per bulan untuk disuplai oleh PT Perikanan Indonesia. Kontrak ini memiliki valuasi ekspor sebesar Rp 11,5 miliar per bulan.
Permintaan dari Tiancheng (Shanghai) Supply Chain Service Co., Ltd. untuk impor Yellowfin Tuna dan Cakalang dari Indonesia sebanyak 6 kontainer per bulan dengan kapitalisasi Rp 4,4 miliar per bulan.
Kerja sama dengan Matrix Resources Co. Ltd, anak perusahaan dari Lygend Resources, untuk mengimpor 3.000 ton ikan Cakalang dan Yellowfin Tuna dari hasil produksi PT Perikanan Indonesia. Kapitalisasi Rp 80 miliar per bulan.
Tak hanya itu, hasil kesepakatan dengan Lygend Resources & Technology Co. menyatakan mereka akan menghimpun konsorsium pemilik kapal tangkap perikanan di Shippu Town yang berukuran 100-300 GT untuk beroperasi di Indonesia yang dikerjasamakan dengan PT Perikanan Indonesia.
Lygend Resources juga memiliki rencana konsorsium dengan 67 pabrik pengolahan ikan di Shippu Town. Pabrik-pabrik ini memiliki kebutuhan bahan baku 700.000 ton per tahun. Bahkan beberapa perusahaan yang dikunjungi dalam lawatan PT Perikanan Indonesia ke Tiongkok bersedia membangun pabrik pengolahan ikan di Pulau Obi, Maluku Utara.
Direktur Operasional PT Perikanan Indonesia, Fajar Widisasono menyatakan, selain kesepakatan bisnis, PT Perikanan Indonesia juga mengejar kerja sama dalam pengembangan pelabuhan perikanan dan program penangkapan ikan terukur dengan berbagai perusahaan Tiongkok.
Baca Juga: Dukung Petani Rumput Laut, Ini Upaya Kliring Berjangka Indonesia
Zhejiang Ocean Fisheries Co., Ltd., misalnya, siap bekerja sama dengan 25 unit kapal baja mereka yang berukuran 150 GT. Mereka juga memiliki fasilitas pendaratan ikan di Manokwari, Papua Barat dengan luas area mencapai 3,5 hektar.
“Kami berharap lawatan ke Tiongkok dalam ajang WSS ini dapat segera ditindaklanjuti dengan kerja nyata yang membawa keuntungan bagi PT Perikanan Indonesia,” ujar Fajar, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (1/9).
PT Perindo juga mendapat kesempatan emas untuk menjajaki potensi kerja sama dengan Freshippo, bagian dari Alibaba Group. Dengan 423 outlet ritel dan toko online terbesar di Tiongkok, Freshippo memperlihatkan potensi pasar yang besar bagi produk perikanan dari Indonesia.
Dengan satu stock-keeping unit (SKU) ikan Salmon saja, Freshippo mencatat omzet sebesar Rp 2 triliun per bulan.
Adanya pelarangan impor ikan dari Jepang ke Tiongkok memberikan peluang emas bagi Indonesia untuk mengekspor ikan. Freshippo berharap, PT Perindo segera mengekspor yellowfin tuna (sashimi grade) untuk dipasarkan melalui jaringan ritel dan online mereka.
"Ikan yellowfin tuna yang dibutuhkan oleh Freshippo harus sudah dalam bentuk slice (ready to eat), sehingga ini selaras dengan kebijakan perusahaan untuk mengekspor produk ikan yang bernilai tambah,” ungkap Fajar.
PT Perikanan Indonesia berencana untuk memenuhi permintaan Freshippo ini melalui kantor Cabang Ambon, Bitung, Bali, dan Unit Lampulo Aceh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News