kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerusakan listrik di Palu-Donggala lebih fatal dibanding bencana Aceh dan Lombok


Rabu, 03 Oktober 2018 / 05:48 WIB
Kerusakan listrik di Palu-Donggala lebih fatal dibanding bencana Aceh dan Lombok
ILUSTRASI. PLN BERANGKATKAN RELAWAN KE PALU


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemulihan ketenagalistrikan pasca bencana yang menimpa Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) terus ditempuh. Namun, proses pemulihan instalasi listrik yang rusak akibat gempa dan tsunami tersebut diyakini akan memakan waktu yang lama.

Hal itu dikemukakan oleh Direktur Perencanaan Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Syofvie Felienty Roekman. Syofvie bilang, kerusakan instalasi PLN dalam bencana kali ini lebih fatal jika dibandingkan dengan bencana sebelumnya, seperti tsunami di Aceh dan gempa di Lombok.

Alasannya, pada bencana kali ini, dari tujuh gardu induk (GI) yang ada, lima diantaranya mengalami kerusakan. Akibat GI yang rusak berjumlah lebih banyak, maka proses pemulihan pun bisa berjalan lebih lama.

“Kalau kita bandingkan dari kasus di Aceh dan Lombok, PLN mengalami kerusakan instalasi yang paling fatal, karena GI kita kena lima dari tujuh. Waktu di Lombok GI kita aman, sehingga kita bisa cepat recovery-nya,” ungkap Syofvie di Kantor Menko Kemaritiman, Selasa (2/10).

Dalam keterangan yang diberikan PLN sebelumnya, dua GI yang masih bisa dioperasikan adalah GI Pamona dan GI Poso yang menyuplai pelanggan daerah Tentena, Poso, Kota Poso, dan Bandara Kasiguncu. Sedangkan lima GI yang masih padam yaitu GI Parigi, GI Sidera, GI Silae, GI Talise dan GI Pasangkayu yang melayani pelanggan di daerah Parigi, Kota Palu, Donggala hingga Pasangkayu dengan perkiraan padam sebesar 105 ,egawatt (MW).

Saat ini, PLN tengah mengecek Interbus Transfomer (IBT) 150/70 kiloVolt (kV). Syofvie bilang, IBT ini sangat penting untuk menjaga keandalan listrik dan mempercepat proses pemulihan.

Harga IBT ini bisa mencapai Rp 30 miliar. Namun, apabila IBT di sana bermasalah, maka Syofvie menyebut, pihaknya siap mendatangkan IBT dari Jakarta.

“Sekarang (IBT) lagi di test, kalau hasilnya bagus, harusnya cepat. Tapi kalau ternyata failed, kami akan datangkan dari Jakarta, ada barang punya kami, ready stock,” jelasnya.

Menurut data sementara, pemulihan baru mencapai 20%. PLN masih mengandalkan genset untuk memasok listrik sejak hari Minggu (30/9). Dalam tempo tiga hari sejak waktu tersebut, ditargetkan ada 90 genset yang terdistribusi dan bisa beroperasi.

“Listrik yang nyala baru 20%. Hari ini rencananya sudah ada 70 genset. Sekarang kami prioritaskan (fasilitas umum), seperti rumah sakit dan SPBU. Kami recovery short term supaya bisa minimal nyala dulu,” imbuhnya.

Saat ini, PLN masih fokus menginventarisasi mana instalasi yang rusak dan masih bisa digunakan. Karenanya, lanjut Syofvie, terkait dengan lama waktu pemulihan, detail kerugian serta biaya yang dibutuhkan dalam pemulihan listrik ini, pihaknya masih harus melakukan penilaian (assessment).

“Kami sekarang belum menghitung dana dulu. Pokoknya kami persiapkan genset, kami ambil dari unit-unit, yang perlu beli, kami belikan. (Untuk waktu pemulihan) tergantung assesment, bagaimana kerusakannya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×