kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kesenjangan akses masih jadi tantangan serius pertumbuhan ekonomi digital Indonesia


Kamis, 11 Maret 2021 / 15:40 WIB
Kesenjangan akses masih jadi tantangan serius pertumbuhan ekonomi digital Indonesia
ILUSTRASI. Nasabah milenial mengakses fitur internet.?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi digital Indonesia sangat potensial untuk terus bertumbuh. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, tahun lalu ekonomi digital Indonesia tumbuh double digit, di kawasan ASEAN hanya kalah dari Vietnam yang mampu tumbuh 16%.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, apa yang disebut Menko Luhut sejurus dengan data dari Google, Temasek maupun Bain yang juga menyebut size ekonomi digital Indonesia sebesar dua angka, atau 10% ke atas.

Huda bilang, ada tiga faktor utama yang membentuk besarnya ekonomi digital di Indonesia. Pertama, pergeseran pola konsumsi masyarakat dari offline ke online. Kedua, percepatan penetrasi internet. Ketiga, pertumbuhan kelas menengah yang pesat. "Ketiga faktor itu membuat ekonomi digital Indonesia melaju lebih cepat," kata Huda kepada Kontan.co.id, Kamis (11/3).

Baca Juga: Wapres: Perlu upaya sistematis perkuat ekonomi dan keuangan syariah

Dia memprediksi, tahun ini pun ekonomi digital Indonesia bakal kembali melesat. Kendati begitu, ekses dari pandemi covid-19 menjadi faktor yang sulit diprediksi. "Belum tentu dua digit, namun tetap tumbuh positif untuk tahun ini," sambung Huda.

Adapun sektor ekonomi digital yang potensial berkembang tahun ini adalah System as a Service (SaaS), healt-tech, dan edu-tech. Apalagi untuk SaaS, kata Huda, masih sangat dibutuhkan dalam menopang remote working (WFH). Sebab, pola kerja secara online masih akan berlanjut, meski pasca pandemi.

Namun, size ekonomi digital yang paling besar tetap akan dipegang oleh e-commerce atau marketplace. "Mereka juga tumbuh positif tahun ini. Artinya meskipun pandemi, permintaan untuk layanan e-commerce masih meningkat," ujar Huda.

Sayangnya, pengembangan ekonomi digital di Indonesia bukan tanpa catatan. Pekerjaan rumah paling utama ialah terkait kesenjangan infrastruktur dan akses internet sebagai syarat utama bagi ekonomi digital.

Kue digital ekonomi digital saat ini masih dimiliki oleh masyarakat dengan akses internet yang baik. "Orang-orang dengan akses internet bapuk tidak menikmati kue ekonomi digital. Masih ada kesenjangan digital, Pak Luhut jangan kelupaan tentang ini," tegas Huda.

Hal senada juga disampaikan oleh Pengamat Digital dan Telekomunikasi Heru Sutadi. Menurutnya, ada beberapa prasyarat yang masih harus dituntaskan untuk menumbuhkan nilai dan ekosistem ekonomi digital di Indonesia. Tak hanya soal akses dan infrastruktur digital, tapi juga masalah keamanan data.

"Beberapa prasyarat harus dituntaskan. Seperti soal infrastruktur digital, penciptaan dan pemasaran produk dalam negeri, SDM yang mumpuni, digital enterpreneurship masyarakat, utamanya UMKM serta keamanan data," seru Heru kepada Kontan.co.id, Kamis (11/3).

Dengan asumsi nilai ekosistem ekonomi digital pada tahun lalu sebesar US$ 44 miliar, Heru menaksir pada tahun ini bisa bertumbuh hingga menjadi US$ 74 miliar. Nilai ekosistem ekonomi digital di Indonesia berpotensi naik sekitar US$ 30 miliar setiap tahun hingga 2025. "Hitungan kami, pada 2025 bisa mencapai US$ 200 miliar," pungkas Heru.

Mengutip catatan Kontan.co.id, Menko Luhut menyampaikan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia melebihi dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura. "Ekonomi digital kita masih bisa berkembang dua digit di atas negara-negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura dan kita masih kalah hanya dengan Vietnam, 16%," sebut Luhut pada Senin (8/3)."

Dia membeberkan, akumulasi pembelian dari pengguna atau Gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara mencapai US$ 105 miliar, setara Rp 1.505 triliun (dengan kurs Rp 14.300). Data Global Startup Ecosystem Report 2020 menyebutkan bahwa Indonesia nilai ekosistem digital Indonesia, sebesar US$ 26,3 miliar atau setara Rp 376,09 triliun.

Selanjutnya: Pandemi Covid-19 mengubah cara pandang akan pentingnya pengelolaan keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×