Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Insmerda Lebang diangkat sebagai Komisaris Utama (Komut) PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE).
Selaku Komut, Insmerda menjelaskan bahwa langkah awal PURE adalah fokus terhadap pengolahan nikel dan kobalt dalam rangka mendukung perkembangan industri baterai mobil listrik nasional.
Dengan inovasi STAL Technology, sambungnya, PURE menargetkan bisa mengolah sekitar 96 juta metrik ton nikel kadar rendah yang menumpuk di Indonesia.
"Kami menargetkan untuk bekerja sama dengan 10 pemilik IUP nikel lokal pada tahun ini sebagai offtaker,” ujar Insmerda lewat keterangan tertulisnya, akhir pekan ini.
Baca Juga: Trinitan Metals (PURE) angkat Ketua Umum APNI Insmerda Lebang sebagai komisaris utama
Adapun, pengangkatan Insmerda Lebang sebagai Komisaris Utama berlangsung pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada Rabu (19/8).
Untuk diketahui, Insmerda menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) sejak tahun 2017. Sebelumnya, dia pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris di PT Timah (Persero) Tbk (2007-2016), dan PT Feron Tambang Kalimantan (2008-2010).
Dalam RUPST tersebut, PURE juga menyetujui perubahan susunan Direksi Perseroan, dengan mengangkat Petrus Tjandra sebagai Direktur Utama dan Parluhutan sebagai Direktur.
Susunan Direksi dan Dewan Komisaris PURE yang baru ialah sebagai berikut: Direktur Utama dijabat oleh Petrus Tjandra, Direktur: Widodo Sucipto, dan Direktur: Parluhutan.
Sedangkan untuk Dewan Komisari, Komisaris Utama dijabat oleh Insmerda Lebang, Komisaris: Richard Tandiono, Komisaris: Hideki Iida, dan Komisaris Independen: Sungkana.
Direktur Utama PURE Petrus Tjandra juga menyebut bahwa pihaknya akan terus berkembang untuk mengekstraksi bahan mineral lainnya, termasuk logam tanah jarang (rare earth mineral), dengan melakukan inovasi-inovasi teknologi pengolahan dan pemurnian logam dan mineral ramah lingkungan berbasis Hidrometalurgi, serta bekerja sama dengan penambang lokal.
“Harapan kami, seluruh sumber daya mineral di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara, mendatangkan devisa, serta memberikan lapangan kerja bagi masyarakat,” ungkapnya.
Kata dia, PURE telah merampungkan proses uji kelayakan untuk ekstraksi nikel menggunakan teknologi Hidrometalurgi Roasting-Leaching-Electrowinning Process (RLEP).
Emiten yang bergerak dalam industri pengolahan metal dan mineral tersebut mengklaim bahwa teknologi baru yang mereka kembangkan mampu mengolah bijih (Ore) nikel laterit kadar 1% sekalipun menjadi logam nikel murni berkadar 99,96%.
Hydro Project Leader PURE Marjohan Satria menjelaskan, teknologi RLEP berbeda dengan teknologi Hidrometalurgi yang umum digunakan oleh smelter di Indonesia saat ini, yakni High Pressure Acid Leaching (HPAL).
“Teknologi RLEP mampu memproduksi nikel murni berkadar 99,96% lebih cepat dan dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Bahkan perolehan atau yield nikel dapat mencapai 95%,” ungkapnya.
Baca Juga: Kembangkan teknologi bidang hidrometalurgi, Trinitan Metals (PURE) dirikan anak usaha
Sedangkan terkait dengan Harga Patokan Mineral (HPM), Petrus menyebut bahwa pihaknya akan mematuhi aturan pemerintah dalam bekerja sama dengan penambang nikel.
Perhitungan harga pokok produksi (HPP), imbuhnya, telah dikalkulasikan oleh perseroan dalam studi kelayakan untuk STAL Technology.
Menurutnya, PURE telah menekankan kepada para pemilik tambang terkait dengan keputusan perseroan yang akan mengikuti aturan HPM yang ditetapkan pemerintah.
“Upaya ini merupakan salah satu langkah kami untuk mendukung pemerintah membenahi tata kelola nikel nasional, sekaligus menjaga daya saing industri hilirisasi di Indonesia,” pungkas Petrus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News