Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam menjual produknya, PT Fast Food Indonesia Tbk bisa dibilang sudah masuk ke dalam fase di mana produk yang dijualnya sudah diterima oleh masyarakat secara luas.
Meski dalam fase ini produk yang bersangkutan sudah memiliki brand awarness dan brand loyalty yang kuat dari konsumen, namun si produsen sudah tidak memiliki ruang yang luas untuk menggenjot kinerjanya sehingga kinerjanya itu cenderung stagnan.
Itu sebabnya, kinerja Fast Food dinilai stagnan sehingga harus melakukan ekspansi anorganik atau mengeluarkan produk baru di luar core bisnisnya jika mereka ingin mengerek kinerjanya.
"Jika memang menarik, kami pasti akan mengambil peluang itu. Tapi, sejauh ini kami masih akan tetap fokus pada produk ayam," ujar General Manager Business Development Fast Food Indonesia Gandhie Lie belum lama ini.
Sejatinya, operator makanan cepat saji KFC yang memiliki kode saham FAST di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sempat menjual produk di luar ayam, yakni fish and chips. Tapi, setelah dicoba untuk dijual, hasilnya ternyata kurang memuaskan.
Konsumen kurang menyukai produk tersebut. Konsumen yang mendatangi gerai KFC tetap lebih memilih untuk membeli ayam goreng.
"Jadi kami paham, nasi dengan ayam goreng memang sudah menjadi karakter Indonesia," tandas Gandhie. Oleh sebab itu, manajemen memutuskan untuk kembali pada produk ayam goreng.
Jadi, saat ini Fast Food Indonesia kembali ke jalurnya, tetap dengan mempertahankan brand awarness dan brand loyalty dari para konsumen. Caranya, manajemen bakal lebih mengembangkan konsep gerai KFC dengan luasan bangunan yang lebih kecil, yakni KFC Box.
Konsep gerai baru ini juga didampingi dengan strategi penjualan berupa promosi bersegmen. Setiap promosi dilakukan dengan pendekatan yang berbeda antara segmen anak muda, anak-anak, dan keluarga. Manajemen juga tetap akan meluncurkan produk baru, tapi tetap berbasis ayam tentunya.
Sejauh ini, cara tersebut terbukti efektif menjaga posisi KFC ditempat utama. "Banyak yang mau jadi KFC wannabe, tapi kami tidak goyah," pungkas Gandhie.
Catatan saja, kinerja Fast Food yang stagnan dapat dilihat dari data berikut. Tahun 2012, pendapatan Fast Food Indonesia tercatat Rp 3,56 triliun. Tahun berikutnya, pendapatannya naik 11% menjadi Rp 3,96 triliun. Lalu, pendapatan tahun ini diproyeksi naik 10% menjadi Rp 4,36 triliun. Sementara, pertumbuhan tahun depan juga ditargetkan pada angka 10% atau maksimal 13%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News