Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Punya aset yang menganggur memang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hal ini tercermin dari upaya PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengoptimalkan aset yang dimilki perusahaan pelat merah tersebut.
Dengan aset yang ada, Kimia Farma mengubahnya menjadi sebuah hotel dengan label Moxy. Hotel bintang tiga tersebut berada di bilangan Dago. Desainnya tergolong unik, lantaran ada rooftop dan fasilitas meja biliar.
Menurut Eddy Murianto, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, hotel tersebut sudah beroperasi sejak Agustus bulan lalu. Adapun label Moxy sendiri merupakan salah satu merek dari operator hotel JW Marriots.
Rupanya, Kimia Farma bukan bertindak sebagai pengelola hotel tersebut. Melainkan PT Aura Nusantara Abadi lah yang bertindak sebagai pengelola hotel tersebut. "Setelah konsultan kaji dan pelajari, ide untuk terjun bisnis hotel untuk memaksimalkan aset. Kimia Farma mencari mitra yang bisa bekerjasama dengan kami," katanya kepada KONTAN, Senin (4/9).
Kimia Farma bermitra dengan Aura Nusantara Abadi di hotel Moxy tersebut. Bentuknya adalah berupa built operrate transfer (BOT) selama 25 tahun. Jadi, pihak Kimia Farma menyediakan aset di Dago, dan pihak Aura Nusantara yang membangun hotel Moxy tersebut sambil menggandeng operator hotel JW Marriots.
Sayang, Eddy tidak merinci nilai investasi dari proyek tersebut. Yang jelas, setelah 25 tahun, Kimia Farma bakal menjadi pemilik hotel yang punya kapasitas 109 kamar.
Setelah beroperasi, Kimia Farma bakal mendapat pembagian pendapatan dari mitra kerja. Lagi-lagi Eddy tidak merinci pembagiannya. Namun berdasarkan catatan sebelumnya, Kimia Farma berharap bisa berharap mendapat pembagian di tahun pertama sebesar Rp 800 juta. Sedangkan di tahun berikutnya sampai tahun ke 25 bisa mendapat Rp 1,6 miliar. "Hotel Moxy belum beroperasi penuh, tapi pendapatan memang berkisar di antara itu di lokasi tersebut," tutur Eddy.
Nah, uniknya, di hotel Moxy tersebut, juga ada unit bisnis Kimia Farma yang nangkring, seperti klinik kecantikan dan apotek Kimia Farma. Menurut Eddy, keberadaan dua bisnis perusahaan tersebut supaya fokus bisnis KAEF tidak jauh menyimpang.
Bangun hotel
Ia optimistis keberadaan hotel Moxy ini bisa menarik kunjungan turis dan pelancong ke kota kembang. Tanpa menyebut target okupansi dari hotel tersebut, Eddy berharap seluruh kamar hotel tersebut bisa selalu penuh terisi. Adapun target pasar dari hotel tersebut adalah kalangan menengah atas.
Setelah hotel perdana berdiri, Kimia Farma juga berencana menggarap bisnis hotel dengan cara serupa, yakni memakai pola BOT. Jadi boleh dibilang Kimia Farma tinggal ongkang-ongkang kaki saja sambil menikmati fulus yang bakal datang saban tahunnya.
Menurut Eddy, pihaknya sudah mengidentifikasi ada enam lokasi lagi yang bisa digarap menjadi hotel. Adapun untuk tempat hotel tersebut ia tidak memerinci lebih lanjut.
Yang jelas, manajemen Kimia Farma saat ini tengah berupaya mencari dan menggaet mitra kerja seperti PT Aura Nusantara Abadi yang bertindak sebagai investor dan pengelola dari aset milik Kimia Farma.
Untuk sementara, Eddy lagi-lagi belum mau membuka identitas dari calon mitra strategis perusahaan farmasi tersebut. Meski begitu ia menyebut sudah ada satu perusahaan yang sudah menjadi mitra kerja Kimia Farma.
Yaitu PT Primera Anggada. Saat ini, Primera tengah membangun satu hotel di Matraman, Jakarta Timur. "Target selesai akhir 2018," kata Eddy tanpa memerinci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News