Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor produk garmen tertekan akibat dampak pandemi corona. Selain kinerja penjualan ke luar negeri yang turun, pelaku industri garmen berorientasi ekspor juga harus berhadapan dengan ancaman resesi di berbagi negara di dunia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Rizal Tanzil Rakhman menyebutkan, ekspor garmen periode Januari-Juni 2020 turun 5,34% year on year (yoy) menjadi 190.661 ton dari sebelumnya 201.410 ton di periode yang sama tahun lalu.
"Sejauh ini kami masih fokus dengan negara tujuan garmen selama ini yakni ke Eropa dan Amerika Serikat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Di semester II 2020, Rizal mengatakan, ekspor garmen masih dbayangi pandemi corona yang belum selesai ditambah ancaman resesi berbagai negara di dunia. Di sisi lain, pasar dalam negeri juga cukup mengkhawatirkan khususnya soal impor pakaian.
"Sangat berbahaya jika impor tak terkendali, nasib garmen lokal terancam. Maka dari itu kami sedang ajukan safeguard garmen," kata Rizal.
Baca Juga: Kinerja terkoreksi 11,56% di semester I, Trisula (TRIS) fokus diversifikasi produksi
Melandainya kinerja ekspor garmen tercermin dari hasil laporan penjualan ekspor sejumlah emiten tekstil dan produk tekstil (TPT) di kuartal II 2020.
Seperti ekspor PT Trisula International Tbk (TRIS) yang turun 11,18% yoy menjadi Rp 300,66 miliar dari sebelumnya Rp 338,51 miliar di kuartal II 2019. Kendati turun, TRIS terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor lewat memperluas pasarnya untuk diversifikasi produk alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat dan masker non-medis.
Direktur Utama TRIS Santoso Widjojo berharap dengan perluasan ekspor dapat menambah kontribusi ekspor TRIS. Di semester I 2020, penjualan ekspor menyumbang 51% ke penjualan TRIS.
"Saat ini, TRIS melakukan perluasan pasar pelanggan di luar negeri melalui entitas anak usahanya, yaitu PT Trisco Tailored Apparel Manufacturing dan PT Trimas Sarana Garment Industry untuk APD berupa baju hazmat dan masker non medis," kata Santoso.
Adapun negara tujuan ekspor TRIS adalah Amerika, Australia, dan Inggris. TRIS sedang membidik untuk mengekspor ke Singapura.
Penurunan ekspor juga dirasakan anak usaha TRIS, PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL).
Direktur BELL Nurwulan Kusumawati menjelaskan, kinerja ekspor di kuartal II tahun 2020 dibandingkan periode sama tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 19,14% yoy menjadi Rp 9,40 miliar dari sebelumnya Rp 11,63 miliar.
"Penurunan ini sebagian besar karena kondisi pandemi saat ini, di mana telah memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian nasional dan international," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Nurwulan memproyeksikan penurunan kinerja ekspor masih terus berlanjut salah satunya disebabkan karena perkembangan ekonomi global masih belum kondusif akibat ketegangan hubungan dagang berkepanjangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Yang terang, dari segi produk, Nurwulan menegaskan, BELL selalu mengembangkan produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik untuk pasar lokal maupun ekspor.
Baca Juga: Pendapatan Sri Rejeki Isman (SRIL) turun 3,83% pada semester I 2020
Sementara PT Pan Brothers Tbk (PBRX) justru meraih pertumbuhan penjualan ekspor di kuartal II 2020.
Tercatat, ekspor PBRX baik itu produk garmen maupun tekstil bertumbuh. Kedua produk itu mencatatkan total penjualan ekspor senilai US$ 326,2 juta atau tumbuh 14,54% yoy.
Anne Patricia Sutanto, Vice Chief Executive Officer Pan Brothers yakin bisa mencapai target pertumbuhan kinerja yang telah ditetapkan di awal tahun sebelum andemi corona menyerang.
"Kami secara overall tahun ini growth di 10% sampai dengan 15% dibanding tahun lalu," kata Anne.
Asal tahu saja, di masa pandemi ini PBRX berinovasi memproduksi masker kain dan hazmat.
Baca Juga: Kapasitas produksi tekstil berangsur pulih, meski belum sepenuhnya normal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News