kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Gunawan Dianjaya (GDST) tertekan penurunan harga jual dan rugi selisih kurs


Selasa, 04 Agustus 2020 / 19:46 WIB
Kinerja Gunawan Dianjaya (GDST) tertekan penurunan harga jual dan rugi selisih kurs
ILUSTRASI. Pabrik plat baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST), hot rolled steel plate mill (produsen plat baja canai panas).


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) membukukan kinerja bottom line yang kurang memuaskan di enam bulan pertama. Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, emiten plat baja tersebut membukukan rugi bersih sebesar Rp 73,67 miliar. Posisi tersebut berbalik dibanding periode sama tahun lalu ketika GDST mencetak laba bersih Rp 8,74 miliar.

Sekretaris Perusahaan Gunawan Dianjaya Steel, Hadi Sutjipto mengatakan, rugi bersih akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada beberapa waktu lalu.

“Penyebab naiknya rugi adalah kerugian selisih kurs karena 100% bahan baku impor dan penjualan domestik dalam rupiah,” jelas Hadi kepada Kontan.co.id pada Selasa (4/8).

Baca Juga: Patok target konservatif, ini strategi Gunawan Dianjaya Steel (GDST) di tahun 2020

Mengintip laporan keuangan perusahaan, pengeluaran GDST pada sejumlah pos beban sebenarnya mengalami penurunan. Ambil contoh beban pokok penjualan misalnya, pengeluaran perusahaan pada pos beban tersebut tercatat turun 22,10% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 631,34 miliar di semester I 2020. Sebelumnya, beban pokok penjualan GDST tercatat mencapai Rp 810,47 miliar pada semester I 2019 lalu.

Penurunan pengeluaran juga dijumpai pada pos beban penjualan. Melansir laporan keuangan perusahaan, beban penjualan GDST turun 32,85% yoy dari semula Rp 20,41 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 13,70 miliar pada semester I 2020.

Sayangnya, GDST juga mencatatkan beban selisih kurs sebesar Rp 35,34 miliar di semester I 2020. Sebelumnya, akun tersebut tidak ada pada semester I 2019 lalu. Akibatnya, beban lain-lain GDST meroket dari semula Rp 142,01 juta di semester I 2019 menjadi Rp 35,36 miliar di semester I 2020.

Padahal, kinerja top line GDST tidak sedang dalam kondisi prima di enam bulan pertama tahun ini. Tercatat, di sepanjang semester I 2020 GDST hanya mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 661,47 miliar, turun  24,75% dibanding realisasi penjualan di semester I 2019 yang mencapai Rp 879,04 miliar.

Maklum, volume penjualan GDST mengalami penurunan di enam bulan pertama. Di samping itu, GDST juga menghadapi penurunan harga jual baja secara tahunan (yoy) di semester I 2020 akibat harga jual internasional yang menyusut. “Penurunan rata-rata harga jual 18%,” ujar Hadi.

Perkiraan Hadi, kondisi pasar di semester kedua tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan semester I 2020 lalu. Meski begitu, GDST masih akan mengejar target kinerja yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan berfokus kepada pasar domestik.

Sedikit kilas balik, sebelumnya GDST membidik target penjualan bersih sebesar Rp 1,9 triliun atau tumbuh 2,7% dibanding realisasi penjualan bersih tahun 2019. Sementara itu, laba bersih GDST ditargetkan akan bisa menyamai realisasi laba bersih di tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp 26,80 miliar.

Selain menggenjot kinerja, GDST juga masih akan melanjutkan agenda ekspansi penambahan satu lini produksi plat baja dengan kapasitas 1 juta ton per tahun, namun penyelesaiannya akan dilakukan secara perlahan dengan menyesuaikan dengan perkembangan kondisi terkini. Catatan Hadi, saat ini penyelesaian agenda ekspansi tersebut sudah mencapai 78%.

Baca Juga: Terimbas corona, prospek emiten besi baja masih berat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×