Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih cukup menantang hingga pertengahan 2023. Hal ini tercermin dari kinerja keuangan sejumlah emiten tekstil yang mengalami penurunan pada semester pertama lalu.
Sebagai contoh, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) mengalami penurunan penjualan bersih 52,16% year on year (YoY) menjadi US$ 166,91 juta pada semester I-2023. Emiten yang dikenal dengan nama Sritex ini juga mengalami peningkatan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk 30,76% YoY menjadi US$ 78,73 juta.
PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) turut mengalami penurunan kinerja keuangan. Pendapatan bersih INDR menyusut 22,62% YoY menjadi US$ 398,75 juta pada akhir semester I-2023. INDR pun harus menanggung rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 17,61 juta pada semester pertama lalu. Sedangkan pada semester I-2022, perusahaan ini masih meraih laba bersih US$ 54 juta.
Baca Juga: Laba Bersih Pan Brothers (PBRX) Melesat 86,09% YoY pada Semester I-2023
Penurunan kinerja juga harus dirasakan oileh PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY). Hingga semester I-2023, pendapatan POLY tergerus 24,83% YoY menjadi US$ 156,67 juta. POLY juga menderita rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 14,43 juta, padahal di semester I-2022 mereka masih bisa meraup laba bersih US$ 12,48 juta.
Sementara itu, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) mengalami penurunan penjualan 10,99% YoY menjadi US$ 263,49 juta pada semester I-2023. Beruntung, PBRX masih mampu mencatatkan kenaikan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 73,28% YoY menjadi US$ 6,29 juta.
Penjualan bersih PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) ikut anjlok 82,25% YoY menjadi Rp 11,09 miliar pada akhir semester I-2023. Di sisi lain, SBAT mampu memangkas rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 26,18% YoY menjadi Rp 18,78 miliar.
Hasil berbeda diraih oleh PT Trisula International Tbk (TRIS) yang membukukan peningkatan penjualan neto 2,95% YoY menjadi Rp 680,84 miliar pada semester I-2023. TRIS juga mencetak kenaikan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 52,14% YoY menjadi Rp 24,89 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menilai, penurunan sebagian besar kinerja keuangan emiten tekstil tak lepas dari kondisi industri tersebut yang dipenuhi ketidakpastian.
Baca Juga: Kinerja Sri Rejeki Isman (SRIL) Turun pada Semester I, Ini Penjelasan Manajemen
Sampai saat ini, permintaan ekspor produk-produk tekstil masih melemah seiring resesi yang dialami oleh beberapa negara tujuan ekspor. Padahal, banyak perusahaan TPT Tanah Air yang sangat mengandalkan penjualan ekspor untuk menopang kinerjanya.
Belum ada tanda-tanda pasti kapan kondisi pasar ekspor membaik pada sisa semester kedua tahun ini. “Selama masih ada ketegangan Rusia-Eropa yang berdampak ke Eropa, ditambah ketegangan di Indo-Pasifik, sepertinya pasar ekspor masih akan berada dalam tekanan,” ujar dia, Selasa (22/8).
Satu-satunya harapan yang dapat menjadi momentum perbaikan kinerja industri tekstil ada pada pasar domestik. Sayangnya, saat ini pun pasar domestik masih dibanjiri oleh produk-produk tekstil impor, terutama impor ilegal.
Maka dari itu, pemerintah harus lebih tegas dalam menindak pihak-pihak yang diduga sebagai mafia impor. “Para mafia impor kerap dibantu oleh oknum-oknum bea cukai di lapangan untuk memasukkan barang secara ilegal,” pungkas Redma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News