kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Sampoerna Agro (SGRO) terdongkrak kenaikan harga CPO di semester I-2020


Selasa, 04 Agustus 2020 / 21:26 WIB
Kinerja Sampoerna Agro (SGRO) terdongkrak kenaikan harga CPO di semester I-2020
ILUSTRASI. Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk mencatatkan kinerja gemilang di enam bulan pertama. Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, emiten sawit berkode saham “SGRO” tersebut membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,60 triliun atau tumbuh double digit  17,51% dibanding realisasi penjualan bersih di periode sama tahun lalu.

Head Investor Relations Sampoerna Agro, Michael  Kesuma menjelaskan, pertumbuhan pada sisi penjualan bersih didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di semester pertama.

Menurut catatan Michael, meski sempat menunjukan tren penurunan di beberapa bulan pertama, harga jual CPO cenderung terus menanjak sejak memasuki pertengahan bulan Mei 2020.

Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) optimistis volume penjualan lebih tinggi di semester II-2020

Hal ini dipicu oleh berbagai hal mulai dari permintaan CPO global yang mulai membaik hingga munculnya sejumlah sentimen positif seperti rumor akan adanya penurunan realisasi produksi CPO global dan lain-lain.

Walhasil, kalauu dirata-ratakan selama enam bulan penuh, harga jual rata-rata CPO mengalami kenaikan 26,22% dari semula  Rp 6.662 per kg di semester I 2019 menjadi Rp 8.409 per kg pada semester I tahun ini, sehingga omzet penjualan perusahaan turut terungkit.

“Kalau secara volume penjualan kita turun 9% secara tahunan,” kata Michael kepada Kontan.co.id pada Selasa (4/8).

Untuk diketahui, penjualan CPO memang memiliki kontribusi yang besar dalam total penjualan SGRO. Untuk semester I 2020 saja misalnya, kontribusi penjualannya mencapai sekitar 84% dari total penjualan. Sisanya, penjualan SGRO berasal dari produk lain seperti inti sawit atau palm kernel (PK), dan masih banyak lagi.

Seiring dengan kenaikan penjualan bersih, SGRO juga mencatatkan kenaikan pengeluaran pada sejumlah pos beban.

Beban pokok penjualan misalnya, tercatat naik 9,02% secara tahunan menjadi Rp 1,23 triliun di semester I 2020. Sebelumnya, beban pokok penjualan SGRO hanya mencapai Rp 1,13 triliun pada semester I 2019 lalu.

Kenaikan pengeluaran juga dijumpai pada pos beban penjualan dan pemasaran serta biaya keuangan.

Baca Juga: Meski untung saat rupiah melemah, Sampoerna Agro (SGRO) berharap nilai tukar stabil

Melansir laporan keuangan perusahaan, beban penjualan dan pemasaran SGRO naik 5,96% yoy dari semula Rp 41,39 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 43,86 miliar pada semester I 2020. Sementara itu, biaya keuangan naik 31,72% yoy dari Rp 132,79 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 174,92 miliar di semester I 2020.

Kendati demikian, kenaikan pengeluaran pada sejumlah pos beban tidak lantas menekan kinerja bottom line SGRO.

Setelah penjualan bersih dikurangi beban pokok penjualan, beban penjualan dan pemasaran, serta pengeluaran-pengeluaran lainnya, SGRO berhasil mengantongi Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 971 juta di semester I 2020. Sebelumnya, SGRO membukukan rugi bersih Rp 19,22 miliar pada semester I 2019 lalu.

Ke depannya, Michael optimistis bahwa harga komoditas CPO masih memiliki prospek yang positif, setidaknya di kuartal III 2020.

Katalis positif salah satunya berasal dari kebutuhan CPO yang diperkirakan meningkat, baik di sektor energi untuk kebutuhan pembuatan biofuel maupun di sektor hotel, restoran dan kafe (horeka) seiring pulihnya aktivitas ekonomi di sejumlah negara.

Meski begitu, kondisi tersebut tidak lantas membuat SGRO ingin menggenjot produksi CPO. Michael bilang, saat ini pihaknya masih melakukan survei kesiapan panen dari buah-buah sawit yang dimiliki.

Dari hasil survei tersebut, SGRO nantinya akan menentukan apakah perusahaan akan lanjut mengejar target produksi yang telah ditetapkan sebelumnya atau menetapkan revisi.

Baca Juga: Harga jual meningkat, penjualan Sampoerna Agro (SGRO) tumbuh 19,36% di kuartal I

Catatan saja, sebelumnya SGRO sempat menargetkan pertumbuhan produksi sebesar 5% dari kebun inti dibanding realisasi tahun lalu.

“Kami baru bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mungkin sekitar akhir Agustus nanti,” ujar Michael.

Sejauh ini, SGRO telah menyerap Rp 217 miliar dari total anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 600 miliar di semester I 2020.

Sekitar  70% serapan capex tersebut digunakan untuk investasi dan pemeliharaan aset tanaman, sedang 30% sisanya untuk perawatan aset tetap seperti gedung, infrastruktur jalan, dan sebagainya.

Penggunaan sisa capex di semester kedua akan disesuaikan dengan perkembangan kondisi di lapangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×