Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat dampak dari pandemi Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membuat aktivitas masyarakat terbatas, kinerja PT Blue Bird Tbk (BIRD) kurang menggembirakan. Buktinya, di semester I-2020, perusahaan malah mengalami rugi bersih akibat penurunan permintaan jasa angkutan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dalam enam bulan pertama tahun 2020, Blue Bird mengantongi pendapatan Rp 1,15 triliun. Realisasi itu turun 39,87% dari periode yang sama tahun 2019 yang capai Rp 1,91 triliun.
Penurunan pendapatan itu sejalan dengan tergerusnya pendapatan dari segmen bisnis taksi perusahaan. Pendapatan dari bisnis taksi BIRD turun 43% dari Rp 1,51 triliun di akhir Juni 2019 menjadi Rp 864,76 miliar pada semester pertama tahun ini.
Baca Juga: Kinerja Blue Bird berangsur pulih pada semester kedua
Setali tiga uang, bisnis non taksi BIRD juga turut. Pendapatan dari lini tersebut tergerus 27,73% menjadi Rp 289,45 miliar di periode Januari-Juni 2020.
Penurunan pendapatan juga membuat beban perusahaan turun 31,71% menjadi Rp 946,27 miliar per 30 Juni 2020. Dengan demikian, BIRD mengantongi penurunan laba bruto 61,24% secara year on year (yoy) menjadi Rp 205,08 miliar pada semester I-2020.
Sementara itu, beban usaha BIRD juga turun tipis 5,59% menjadi Rp 312,58 miliar di enam bulan pertama 2020. Kondisi itu membuat BIRD harus membukukan rugi usaha Rp 107,49 miliar pada semester I-2020. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih mencetak laba usaha Rp 198,08 miliar.
Alhasil, BIRD membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 93,67 miliar di akhir Juni 2020. Pencapaian itu berbanding terbalik dengan kinerja di semester I-2019 yang masih mengukir laba bersih Rp 158,37 miliar.
Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene menjelaskan, masalah utama BIRD di semester I-2020 adalah pandemi Covid-19 yang membuat adanya kebijakan PSBB di Indonesia. Mobilitas masyarakat yang terbatas tentu berdampak juga pada performa BIRD.
Kendati demikian, Michael mengungkapkan, kinerja BIRD secara bulanan mulai tumbuh pada Mei dan Juni 2020 meski belum kembali ke posisi seperti di bulan Januari dan Februari tahun ini.
“Kalau kami lihat tren pertumbuhan bulan per bulan ini masih cukup kuat sehingga kami yakin kami sudah dalam recovery trajectory yang solid,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Rabu (29/7).
Baca Juga: Blue Bird (BIRD) klaim pemintaan naik signifikan selama PSBB transisi
Nah, sebagai salah satu strategi perusahaan untuk dalam mendongkrak kinerja keuangan di tahun ini adalah melirik ke lini usaha baru yaitu bisnis logistik.
Michael mengungkapkan, BIRD akan masuk ke bisnis logistik baik ritel maupun business to business (B2B). Investasi menurutnya juga tetap dilakukan di sisi teknologi sesuai kebutuhan perusahaan.
“Kami juga sudah mulai mengimplementasikan QR Code di dalam taksi dengan menggunakan QRIS sehingga memudahkan customer dalam melakukan pembayaran,” paparnya.
Selain itu, BIRD juga melakukan strategi dengan memastikan layanannya tersedia dan mudah didapatkan serta memastikan protokol kesehatan yang ketat dalam setiap layanan BIRD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News