kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kino Indonesia (KINO) sudah serap belanja modal Rp 280 miliar hingga kuartal III-2021


Rabu, 10 November 2021 / 16:18 WIB
Kino Indonesia (KINO) sudah serap belanja modal Rp 280 miliar hingga kuartal III-2021
ILUSTRASI. Produk PT Kino Indonesia Tbk (KINO)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) berupaya menjaga kinerja di sisa tahun ini. Rencana kerja KINO pun ditunjang dengan belanja modal alias capital expenditure (capex) yang dianggarkan dalam kisaran Rp 300 miliar hingga Rp 350 miliar untuk tahun 2021.

Direktur Kino Indonesia Budi Muljono mengungkapkan, hingga kuartal ketiga, KINO telah merealisasikan capex sekitar Rp 280 miliar. Capex tersebut utamanya dialokasikan untuk penggantian mesin sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan kinerja produksi.

Selain untuk mengganti mesin yang sudah tua, penggantian mesin juga dilakukan pada pabrik KINO di Sukabumi, Jawa Barat yang mengalami kebakaran pada Februari 2020 lalu.

"Sehingga ada pengadaan barang kembali karena harus mengembalikan, recovery fasilitas yang terbakar. Porsi (capex) cukup besar di sana," kata Budi dalam public expose yang digelar secara virtual, Rabu (10/11).

Baca Juga: Hingga akhir 2021, Kino Indonesia (KINO) berikhtiar mengejar capaian kinerja keuangan

Sementara itu, penggantian mesin-mesin yang sudah tua dilakukan sebagai bagian dari strategi efisiensi KINO. Pasalnya, mesin lama mengalami penurunan produktivitas serta konsumsi energi yang lebih boros.

"Jadi kami terapkan capex untuk menggantikan mesin-mesin itu dengan mesin baru yang lebih otomatis, kecepatan lebih baik, dan penggunaan energi lebih efisien," imbuh Budi.

Selain dari sisi produksi di pabrik, strategi efisiensi KINO juga digencarkan pada rantai distribusi dan penjualan. Budi bilang, KINO mengembangkan digitalisasi dan otomatisasi sehingga penjualan bisa go live, terpantau secara real time.

Hal ini juga akan menunjang efektivitas pada lingkup manajemen stok barang dan kebutuhan produk yang harus diproduksi.

"Kami dapat penjualan realtime, kami bandingkan dengan stok di distributor, stok di pabrik. Kemudian kami jadi tahu barang apa saja yang harus diproduksi," terang Budi.

 

Sebagai informasi, segmen minuman berkontribusi paling tinggi, yakni sekitar 48% terhadap total penjualan KINO. Pada segmen ini, penjualan didominasi oleh produk penyegar Cap Kaki Tiga, Cap Panda dan minuman berenergi Panther.

Selanjutnya, segmen perawatan tubuh (personal caere) menyumbang 40%. Penjualan segmen ini ditunjang oleh produk vitamin rambut, pasta gigi halal, pencuci perlengkapan bayi, dan handsanitizer.

Lalu, segmen makanan dan makanan hewa berkontribusi sebanyak 10% dari total penjualan KINI. Sedangkan segmen farmasi menyumbang 2%, yang ditopang oleh produk Lola Remedios yang diekspor ke Filipina.

Hingga periode September, KINO mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,93 triliun atau turun 5,78% dibandingkan capaian di kuartal III-2020 yang mencapai Rp 3,11 triliun.

Jika dirinci, penjualan KINO ditopang oleh segmen produk minuman senilai Rp 1,40 triliun, perawatan tubuh sebesar Rp 1,17 triliun, produk makanan sebesar Rp 304,80 miliar, farmasi Rp 46,22 miliar, serta makanan hewa Rp 189,63 juta.

Dari sisi bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 82,80 miliar pada periode sembilan bulan 2021. Capaian itu merosot hingga 48,79% dibandingkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 161,69 miliar pada akhir September 2020.

Baca Juga: Penjualan dan laba Kino Indonesia (KINO) kompak menurun pada kuartal III

KINO pun tidak memasang target yang muluk-muluk hingga akhir tahun nanti, lantaran kondisi di periode Q4-2021 dirasa masih menantang. Tapi, dengan pengendalian kasus covid-19, vaksinasi yang gencar dilakukan, serta ekonomi yang kembali bergerak, KINO optimistis bisa menjaga kinerja penjualan dan laba bersih di level yang sama seperti realisasi tahun lalu.

"Kami masih melihat situasi di Q4 ini, karena tantangan masih cukup berat. Kami harapkan akan lebih membaik, sehingga bisa mengejar penjualan dan profit di tahun 2020. Target kami bisa menyamakan, tapi masih harus melihat apakah bisa dicapai dengan kondisi market yang ada," jelas Budi.

Asal tahu saja, sepanjang tahun lalu KINO mencetak pendapatan sebesar Rp 4,02 triliun. Di bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 113,6 miliar.

Selanjutnya: Loyo, rupiah Jisdor melemah ke Rp 14.253 per dolar AS pada Rabu (10/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×