Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk masih gencar melakukan ekspansi di tengah bayang-bayang pandemi corona (covid-19). Sampai akhir semester I 2020 lalu, emiten barang konsumer berkode saham “KINO” tersebut telah menyerap sekitar Rp 210 miliar dana belanja modal atau capital expenditure (capex).
Sebagai informasi, KINO menganggarkan capex sebesar Rp 350 miliar tahun ini. Dengan demikian, serapan capex KINO di sepanjang semester pertama sudah mencapai sekitar 60% dari total anggaran capex.
Corporate Finance Director PT Kino Indonesia Tbk Budi Muljono mengatakan, serapan capex perusahaan di enam bulan pertama dipergunakan untuk membeli mesin-mesin produksi tambahan.
Baca Juga: Laba bersih KINO turun drastis di semester I-2020, begini penjelasan manajemen
“(Penggunaan capex) untuk penambahan kapasitas produksi di existing product, baik di segmen perawatan tubuh maupun minuman,” kata Budi saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/8).
Sedikit informasi, ekspansi penambahan kapasitas produksi perusahaan berjalan di tengah kinerja penjualan yang melesu. Asal tahu, sepanjang semester I 2020 lalu, KINO hanya mampu membukukan penjualan sebesar Rp 2,19 triliun atau turun tipis 1,30% dibanding realisasi periode sama tahun sebelumnya.
Maklum, segmen farmasi perusahaan mencatatkan penurunan penjualan hingga sebesar 59,54% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 45,39 miliar di semester pertama tahun ini.
Sebelumnya, segmen farmasi perusahaan mampu mencatatkan penjualan hingga sebesar Rp 112,22 miliar pada semester pertama tahun lalu.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id sebelumnya, penurunan penjualan di segmen farmasi dipicu oleh penerapan kebijakan lockdown di Filipina, sementara Filipina sendiri merupakan fokus pasar penjualan KINO untuk produk-produk di segmen farmasi.
Sebenarnya, KINO masih mencatatkan pertumbuhan penjualan di segmen lain, baik di segmen perawatan tubuh, minuman, makanan, maupun makanan hewan.
Sayangnya, pertumbuhan penjualan di segmen penjualan lainnya belum mampu mengungkit total penjualan KINO secara keseluruhan di enam bulan pertama.
KINO bahkan sampai merevisi target kinerja dari semula mengejar target pertumbuhan 15% menjadi hanya mengejar pertumbuhan penjualan single digit dibanding realisasi tahun lalu sampai tutup tahun nanti.
Meski begitu, Budi memastikan bahwa KINO masih akan menjalankan agenda ekspansi sebagaimana yang telah dicanangkan sebelumnya. Budi beralasan, penambahan kapasitas produksi ditujukan sebagai investasi untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Di samping itu, KINO juga sudah berkomitmen dan mengonfirmasi pembelian mesin produksi kepada pemasok, sehingga efek gulir pandemi tidak lantas menghilangkan rencana investasi perusahaan.
“Kami percaya setelah pandemi ini selesai, akan ada recovery dan growth lagi ke depan,” kata Budi.
Sejalan dengan hal ini, KINO masih akan menghabiskan sisa dana capex sekitar Rp 140 miliar untuk membiayai agenda penambahan kapasitas produksi sampai tutup tahun nanti.
Baca Juga: Laba Kino Indonesia (KINO) tertekan 67,52% di semester I 2020
Sayangnya, Budi enggan membeberkan lebih rinci ikhwal besaran kapasitas produksi tambahan yang ingin dikejar.
Per 30 Juni 2020 lalu, aset KINO tercatat sebesar Rp 5,26 triliun, meningkat 12,14% dibanding posisi aset KINO pada 31 Desember 2019 yang tercatat sebesar Rp 4,69 triliun. Aset KINO per 30 Juni 2020 terdiri atas ekuitas sebesar Rp 2,70 triliun dan liabilitas sebesar Rp 2,55 triliun.
Sementara itu, kas dan setara kas akhir periode KINO per 30 Juni 2020 tercatat sebesar Rp 305,11 miliar. Angka tersebut naik 13,98% dibanding kas dan setara kas awal periode KINO untuk tahun buku 2020 yang tercatat sebesar Rp 267,67 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News