Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Produsen batubara, PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) kini mulai melebarkan sayap ke bisnis pembangkit listrik. Salah satu upaya mengembangkan bisnis pembangkit listrik, KKGI berencana mengakuisisi perusahaan pembangkit listrik mini hidro (PLTM) bernama PT Katulistiwa Hidro Energi (KHE).
Oh iya, pemilik Khatulistiwa Hidro adalah PT Bumi Raya Utama (BRU) dan perorangan bernama Hendro Martowardojo. Khatulistiwa Hidro adalah sebagai pemegang saham 95% di PT Bias Petrasia Persada (BPP), yang tak lain pengembang listrik mikro hidro di Cicatih, Jawa Barat.
Pembangkit ini di Cicatih ini berkapasitas 6.400 Kilo Watt Hours (kWh). Nah, Pada 9 Juli 2012, Bias Petrasia membuat perjanjian jual beli listrik ke PLN.
Komisaris PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI), Suria Martara Tjahaja menyatakan, kesepakatan akuisisi tersebut masih berupa kesepakatan kecil dan belum memperoleh hasil akuisisi secara keseluruhan. "Detailnya belum ada," kata dia kepada KONTAN, Senin (20/10).
Dia menyebut, besarnya presentasi akuisisi dan nilai dari transaksi tersebut masih menunggu selesainya penghitungan nilai wajar (fair value) dan penilaian kewajaran (fairness opinion) dari penilai independen.
Meski demikian, dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan kesepakatan antar pemilik saham di kedua perusahaan diperkirakan sudah bisa dilakukan. "Untuk nilainya, belum ada, dan tidak bisa diperkirakan karena ada beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi," jelasnya.
Namun ada bebarapa alasan KKGI melakukan akuisisi perusahaan listrik. Pertama, saat ini pasar coal mining sedang lesu. Akuisisi ini dianggap bisa mendongkrak laba dan pendapatan sumber penghasilan kemudian hari.
Kedua, KKGI ingin mendukung program pemerintah untuk pengembangan bisnis energi terbarukan. Pertimbangan ketiga, secara komersial, saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Permen ESDM Nomor 12/2014, telah menaikkan harga jual listrik tenaga air dari Rp 656 per Kwh menjadi maksimal Rp 1.075 per Kwh.
Meski optimistis akuisisi pembangkit mikro hidro Jawa Barat ini bakal berjalan lancar, Suria belum bisa memaparkan berapa besar lagi kapasitas listrik yang bisa dihasilkan dari pembangkit tersebut. "Terus terang, ini kan baru kesepakatan, jadi detilnya kami belum bisa sampaikan," ungkap dia. Namun, dirinya berharap bisa mengembangkan hingga 9 MW.
Bila rencana akuisisi ini berhasil, KKGI akan siap mengembangkan pembangkit sejenis di beberapa daerah yang punya airnya berlimpah.
Diamkan konsesi
Sebelumnya manajemen KKGI menyebut, lantaran pasar batubara sedang loyo, KKGI berpikir ulang untuk melakukan proses produksi batubara di anak usahanya, PT Loa Haur di Kalimantan Tengah. Padahal, tinggal selangkah lagi berproduksi.
Pertimbangan lain, jarak tempuh hauling road di Loa Haur mencapai 20 kilometer (km). Jarak ini terlalu jauh ini tentu sehingga beban biaya tinggi. Karena itu, saat ini KKGI memilih mendiamkan konsesi ini.
Semula perusahaan berencana memulai produksi pada di konsesi Loa Haur sebanyak 1,5 juta ton sampai 2 juta ton batubara per tahun. Adapun Luas lahan konsesi Loa Hour mencapai 4.810 hektare (ha).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News